Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan MNC Group kembali melaksanakan diskusi rutin UGM Corner. Berbeda dengan diskusi-diskusi sebelumnya, UGM Corner kali ini merupakan edisi spesial Dies Natalies UGM ke-67. Dalam edisi spesial tersebut, UGM Corner mengambil tema “Peran UGM dalam Merawat Kebinekaan. Diskusi yang terbuka untuk umum tersebut dilaksanakan di Wisma MM UGM pada, Kamis (15/12).
Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Sekretaris Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM, Dr. Mohammad Iqbal Ahnaf dan Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, Dr. Heri Santoso, M.Hum. Kedua narasumber secara dalam membahas isu-isu yang sedang berkembang terkait keberagaman di Indonesia.
Iqbal dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa kebinekaan begitu penting untuk dipahami dan dimaknai. Menurut Iqbal, kebinekaan merupakan kekayaan dan fondasi negara Indonesia. Akan tetapi, penghargaan terhadap kebinekaan akhir-akhir mulai banyak dipertanyakan. Menurut Iqbal, hal tersebut terjadi karena Indonesia sedang mengalami proses perubahan. “Sekarang yang dapat dilakukan yakni bagaimana perubahan sosial dan politik yang sedang dialami Indonesia tidak melemahkan kebinekaan yang menjadi pilar kebangsaan kita,” ujar Iqbal.
Iqbal melihat UGM memiliki peran penting dalam merawat kebudayaan khususnya di wilayah Yogyakarta. Memiliki mahasiswa dari berbagai daerah yang kaya akan budaya, UGM mampu menjaga kebinekaan itu tetap kondusif. Menurut Iqbal, kebinekaan tidak hanya terlihat dari kebebasan berependapat dan kebebasan berekspresi, tetapi juga kebebasan berbudaya. “Kultur Yogyakarta memungkinkan terciptanya kebebasan berbudaya dan UGM didirikan salah satunya untuk mempertahankan kekayaan budaya tersebut sebagai modal bangsa,” jelas Iqbal.
Sementara itu, Heri Santoso memberikan beberapa contoh bentuk upaya yang ditanamkan UGM untuk merawat kebinekaan. Sejak masuk, mahasiswa sudah diajarkan merawat kebinekaan. Selanjutnya, saat hendak lulus mahasiswa juga harus melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke seluruh pelosok negeri untuk mengabdi. “Mahasiswa sejak awal hingga lulus diajari dan diproses bagaimana merawat dan menjaga kebinekaan,” kata Heri. (Humas UGM/Catur)