Sebagai wujud upaya penyelamatan hutan dan lingkungan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc, didampingi Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, melakukan penanaman 4.000 pohon di Taman Nasional Gunung Merapi Blok Jurangjero, Argosuko, Srumbung, Kabupaten Magelang, Sabtu (17/12).
Penanaman pohon yang diikuti lima kementerian, yaitu Kementerian Sekretaris Negara,Kementerian PUPR, Kemenlu, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis ke-67 Universitas Gadjah Mada.
“Hari ini, kita melakukan secara bersama-sama penanaman pohon sebagai salah satu aksi konkret upaya kita menyelamatkan lingkungan. Saya sangat menghargai inisiatif Keluarga Alumni Resimen Mahasiswa UGM yang memprakarsai kegiatan ini. Ini tentu sebagai upaya nyata alumni Menwa UGM kepada kampusnya berupa penanaman pohon,” kata Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya menyatakan pemerintah memang memiliki program dan tantangan besar dalam hal penanaman pohon. Apalagi, pemerintah dan masyarakat dihadapkan lahan kritis sebanyak 24 juta hektar. Dari jumlah tersebut, 8 juta hektar berada di kawasan dalam hutan dan 16 juta hektar di kawasan umum.
Oleh karena itu, Menteri LHK menyambut baik sistem adopsi dalam aksi penanaman pohon di Indonesia. Dengan sistem adopsi maka muncul kearifan dan partisipasi bersama seluruh lapisan masyarakat. Untuk kondisi saat ini, sistem adopsi ini menjadi sangat penting karena mampu mendorong secara nyata langkah-langkah upaya penyelamatan hutan dan lingkungan.
“Kita saat ini memang dihadapkan pada banyak persoalan lingkungan, termasuk kehutanan. Maka, gerakan-gerakan alumni semacam ini menjadi sangat penting. Kita harus rawat alam ini, saya dorong untuk tanaman-tanaman yang menyerap air dan tolong nanti dicatat berapa volume air tumbuh setelah ini,” ucapnya.
Bagi Menteri LHK, menanam pohon memang menjadi bagian penting dari merawat alam. Karena itu, ia pun mendukung jika kawasan Merapi akan dijadikan pusat keunggulan di bidang vulkanologi karena akan menjadi pengakuan bagi dunia.
Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, mengatakan aksi tanam pohon oleh civitas akademika UGM sudah dilakukan sejak tahun 1971 bersamaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Melalui Rektor sebelumnya, Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, kegiatan aksi tanam pohon semacam ini secara terus-menerus dilakukan.
“Tentu ada pasang surutnya, namun setidaknya UGM sebagai kampus Ndeso dan kerakyatan terus fokus pada pengelolaan lingkungan, kebencanaan, pengentasan kemiskinan, perubahan iklim global, energi, pangan, sumber-sumber akuatik, biodibersiti,” katanya.
Terkait penanaman pohon di Merapi, Suratman berharap dapat mewujudkan lereng Merapi sebagai bentuk persembahan alam untuk pendidikan global. Saat ini, Merapi sebagai salah satu tipologi gunung berapi vulkano untuk dunia tengah dalam tahap usulan. Nantinya, Merapi akan menjadi laboratorium pembelajaran bagi para peneliti gunung api dunia.
Sementara itu, Budi Widodo, M.P., selaku ketua panitia, mengungkapkan kegiatan tanam pohon dilakukan dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-67 UGM. Kegiatan aksi tanam pohon diprakarsai Keluarga Alumni Resimen Mahasiswa UGM dan didukung Kementerian LHK, BPDA SHL Opak Progo, BKSDA Yogyakarta, TNGM Merapi, Perum Perhutani dan Universitas Gadjah Mada.
Dalam kegiatan ini, ditanam sebanyak 4.000 bibit pohon endemik Gunung Merapi. Adapun 11 jenis pohon yang ditanam seperti Berasan, Trembelu, Randu Alas, Nogosari dan lain-lain.
“Sebagian besar, 3.000 pohon telah ditanam pada tanggal 4 dan 11 Desember 2016 lalu, dan sisanya 1.000 kita tanam hari ini,” ujarnya. (Humas UGM/Agung;foto: Firsto)