Gangguan kesuburan atau infertilitas masih menjadi momok bagi pasangan suami isteri yang menginginkan hadirnya anak. Demikian halnya di Indonesia, persoalan gangguan kesuburan tergolong tinggi.
“Sekitar 11 persen dari 150 juta pasangan usia subur di Indonesia mengalami infertilitas,” kata Business Unit Manager DIPA Healthcare, Laksmi Wingit Ciptaning, saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Biologi UGM, Kamis (22/12).
Penyebab infertilitas bisa berasal dari pihak wanita, laki-laki, maupun faktor lain seperti gaya hidup. Namun, dengan adanya teknologi bayi tabung atau in-vitro fertilisation (IVF) menjadi solusi bagi pasangan yang sulit mendapatkan keturunan karena masalah kesuburan.
Laksmi mengatakan tingkat keberhasilan program bayi tabung saat ini mencapai angka 35 persen. Artinya, dari 100 pasangan infertil sebanyak 35 diantaranya berhasil hamil.
“Dulu keberhasilan program bayi tabung tergolong kecil hanya sekitar 10 persen, tetapi saat ini bisa mencapai 35 persen,” jelas alumnus Fakultas Biologi UGM ini.
Peluang keberhasilan bayi tabung saat ini semakin meningkat dengan hadirnya teknologi terbaru yaitu Pre-Implantation Genetic Screening (PGS). Dengan teknologi ini proses seleksi embrio yang normal dapat berlangsung lebih akurat. Tidak hanya itu, PGS juga mampu mendeteksi ada tidaknya kelainan kromosom pada embrio.
“Keberhasilan bayi tabung ini juga dipengaruhi faktor usia. Peluang keberhasilan bayi tabung akan berkurang seiring pertambahan usia,” terangnya.
Laskmi menjelaskan bahwa persentase keberhasilan bayi tabung akan lebih tinggi apabila dilakukan wanita berusia kurang dari 35 tahun. Sedangkan pada wanita berusia dia atas 40 tahun, peluang keberhasilan bayi tabung lebih kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena kesuburan wanita akan menurun seiring bertambahnya umur hingga memasuki masa menopause di usia 40-45 tahun.
“Berbeda pada pria, tingkat kesuburan tidak dibatasi oleh usia. Sperma akan terus diproduksi setiap harinya,” paparnya di hadapan puluhan mahasiswa Biologi UGM ini.
Lebih lanjut disampaikan Laksmi, peminat bayi tabung di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Setidaknya, sebanyak 4.500 pasangan mengikuti program bayi tabung di tahun 2015. Jumlah tersebut meningkat di tahun 2016 yakni 5.500 pasangan yang menjalani program bayi tabung.
“Jumlah tersebut diperkirakan akan terus naik di masa mendatang,” ujarnya.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S Daryono, dalam sambutannya menyampaikan kuliah tamu yang menghadirkan alumnus Fakultas Biologi UGM ini ditujukan untuk memperkenalkan cabang-cabang ilmu Biologi kepada mahasiswa. Salah satunya adalah tentang embriologi yang mempelajari perkembangan embrio.
“Melalui kegiatan ini kami berupaya untuk mengenalkan kepada mahasiswa tentang pengaplikasian teknologi dalam ilmu Biologi termasuk embriologi,” katanya. (Humas UGM/Ika)