Fakultas Peternakan UGM melakukan pengabdian pada masyarakat di Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman. Dengan skema pendanaan Hibah Pengembangan Desa Binaan LPPM UGM, Fakultas Peternakan UGM melakukan pengembangan Desa Agroindustri susu, khususnya pengembangan diversifikasi olahan susu yang dilakukan masyarakat Desa Purwobinangun.
Prof. Dr. Indratiningsih, S.U., selaku dosen pendamping, mengatakan agroindustri dengan bahan baku susu telah banyak berkembang secara luas, seperti es krim, yoghurt, susu pasteurisasi dan keju. Meski begitu, produk-produk olahan berbahan dasar susu perlu menentukan prioritas guna pengembangan jenis-jenis produk tertentu yang relatif lebih dibutuhkan.
“Dengan menentukan prioritas tentu berbagai produk olahan berbahan susu akan mempunyai nilai tambah dan mampu meningkatkan pendapatan peternak dan usaha kecil menengah (UKM). Tanpa pendampingan dan pembinaan, peternak tradisional akan mengalami kesulitan karena minimnya tingkat pengetahuan tentang industri pengolahan susu. Karena itu, mereka sangat berharap pengetahuan dan pendampingan dari mitra yang ahli di bidangnya,” ujar Indratiningsih, di Fakultas Peternakan UGM, Jum’at (6/1).
Indratiningsih menjelaskan masyarakat Desa Purwobinangun memiliki potensi lokal yang cukup untuk mendukung pengembangan Desa Agroindustri. Usaha ternak perah yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem berupa ternak sapi dan kambing dilakukan oleh 3 kelompok ternak, yaitu kelompok ternak kambing dengan populasi ± 400 ekor dengan produksi susu kambing 70 liter per hari, kelompok sapi perah Harapan Mulya dan kelompok yang memproduksi susu sapi 300 liter per hari di Dusun Kemiri, Purwobinangun, Pakem.
“Usaha ternak perah secara hulu-hilir ini merupakan kegiatan padat karya sehingga dapat menyerap tenaga kerja sekaligus membangkitkan perekonomian masyarakat di pedesaan,” jelas Indratiningsih.
Dalam melakukan pengabdian berupa diversifikasi olahan susu di Desa Purwobinangun, Fakultas Peternakan UGM melakukan pendekatan dengan mengupayakan pelatihan pengolahan produk-produk susu dan memotivasi SDM untuk mengolah susu secara mandiri. Kepada masyarakat Desa Purwobinangun diberikan contoh-contoh produk olahan susu yang dipasarkan, memberikan beberapa peralatan, memberikan pinjaman berupa peralatan-peralatan yang harus diangsur dengan profit hasil penjualan susu olahan.
“Selain itu, Fakultas Peternakan UGM membantu promosi dan pemasaran susu olahan. Beberapa hasil pelatihan pengolahan susu tersebut, diantaranya berupa es krim dengan label “PURRI ES KRIM”, susu pasteurisasi dengan label “PURRI MILK”, es yoghurt, dan stick susu,” papar Indratiningsih.
Dari keempat produk ini, kata Indratiningsih, yang dapat dipasarkan adalah es krim dan stick susu. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penjualan es krim susu kambing, pembuatan produk dikombinasikan dengan potensi lokal dari hasil pertanian, yaitu ketela dan labu kuning.
“Bagaimanapun diversifikasi ini tetap berorientasi pasar yakni dengan mempertimbangkan kebutuhan, selera, harapan, daya beli dan segmen pasar,” katanya.
Indratiningsih optimis Desa Purwobinangun mempunyai potensi diversifikasi olahan susu kambing yang cukup memadai untuk menjadi Desa Agroindustri di masa depan. Dengan mendapat dukungan dari pemerintah, tenaga ahli dan mempertimbangkan kearifan lokal, berbagai produk susu yang dipasarkan akan mendapat tanggapan positif dari pasar.
“Terlebih untuk produk es krim susu kambing yang dikombinasikan dengan ketela dan labu kuning serta stick susu,” terangnya. (Humas UGM/ Agung)