Pulau Bair, Kota Tual, Provinsi Maluku, mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, siapa sangka wilayah ini menyimpan berjuta keindahan alam dan budaya.
Kota Tual merupakan salah satu kota di Provinsi Maluku yang berdiri pada tahun 2007. Sebelumnya, Kota Tual masuk dalam bagian dari Kabupaten Maluku Tenggara. Daerah ini memiliki keindahan bahari yang cukup memanjakan mata. Hanya saja, banyak lokasi wisata yang belum diketahui dan dikelola secara optimal.
Saat ini, pemerintah Kota Tual mulai melakukan pembangunan besar-besaran di bidang pariwisata. Terlebih, sejak ditetapkan sebagai salah satu surga tersembunyi oleh Kementrian Pariwisata. Salah satu wilayah yang akan dikembangkan menjadi wisata bahari unggulan adalah kawasan utara Kota Tua, khususnya Pulau Bair. Pembangunan yang dilakukan dianggap dapat meningkatkan pariwisata lokal. Namun, di sisi lain muncul kekhawatiran karena pembangunan dilakukan kurang memperhatikan lingkungan dan kesiapan masyarakat.
Melihat kondisi itu, sekelompok mahasiswa UGM bergerak melakukan penelitian untuk mendata potensi-potensi yang ada di Pulau Bair dan Kota Tual. Penelitian diketuai oleh Ansye Nanholy, alumnus S2 Teknik Sipil UGM, yang beranggotakan Sultan Kurnia AB dan Muslim Dima Khoiru Dhony dari Departemen Arkeologi UGM, serta Dani Ninilouw dari Universitas Pattimura. Kegiatan dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan Agustus hingga Desember 2016 lalu.
Dari hasil pendataan diketahui bahwa Kota Tual memiliki potensi wisata yang cukup besar, seperti mempunyai garis pantai pasir putih yang bersih dan pulau-pulau kecil dengan karakteristik unik.
“Tradisi dan budaya masyarakatnya juga masih terjaga,” ungkap Sultan, Kamis (12/1) di kampus UGM.
Sayangnya, kekayaan alam bawah laut, khususnya terumbu karang di daerah tersebut mengalami ancaman kerusakan yang cukup besar. Pasalnya, masih banyak dijumpai penggunaan bom ikan dalam kegiatan penangkapan ikan oleh para nelayan.
“Ada ancaman perusakan terumbu karang oleh nelayan yang menangkap ikan dengan memakai bom,”terangnya.
Sultan menambahkan dengan dipilihnya Kota Tual sebagai salah satu hub tol di bagian tenggara Indonesia dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Tual. Dengan hub tol ini menjadikan Kota Tual sebagai titik kumpul dan transit sehingga jumlah kunjungan ke Kota Tual juga akan semakin meningkat.
Disampaikan Sultan, pembangunan wisata bahari di wilayah utara Kota Tual akan dilakukan dalam beberapa tahap oleh pemerintah setempat. Tahap pertama, dilakukan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Wisata. Selanjutnya, hasil tersebut akan diimplementasikan di tahun kedua antara lain zonasi wilayah, pembangunan jembatan di tengah-tengah Pulau Bair, pembangunan dan penataan kembali fasilitas wisata di sepanjang garis pantai, revitalisasi kesenian dan budaya masyarakat. Selain itu, juga melakukan pemberdayaan masyarakat.
Terkait pemberdayaan masyarakat ini, disebutkan Sultan, pemerintah Kota Tual mengungkapkan ketertarikan untuk melakukan kerja sama dengan UGM. Mereka berharap nantinya dapat dibangun kerja sama dalam pemberdayaan masyarakat sehingga mampu mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. (Humas UGM/Ika)