Disparitas penyediaan layanan kesehatan masih menjadi persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini. Mengingat minimnya kapasitas layanan kesehatan yang ada, sinergi antara berbagai pelaku dalam sistem kesehatan nasional seperti rumah sakit, dinas kesehatan, serta institusi pendidikan khususnya fakultas kedokteran menjadi hal yang esensial untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan menyeluruh di seluruh penjuru Indonesia.
“Ini adalah kepentingan kita bersama. Mari kita belajar bersama untuk kepentingan bangsa kita,” ujar Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Ova Emilia, MD., Ph.D, saat menutup International Conference Academic Health System (AHS) Southeast ASIA Regional Meeting 2017, Jumat (13/1) di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM.
Konferensi Internasional yang berlangsung selama dua hari pada 12-13 Januari 2017 ini diadakan oleh Fakultas Kedokteran UGM untuk mengembangkan inovasi dalam mengintegrasikan layanan pendidikan, penelitian, dan kesehatan dalam jejaring AHS. AHS sendiri merupakan suatu konsep yang mengintegrasikan perguruan tinggi dengan berbagai penyedia layanan kesehatan yang berfokus pada penelitian, pelayanan klinis, pendidikan, serta pelatihan.
Pada hari terakhir penyelenggaraan konferensi ini, Ova menyampaikan kesimpulan akhir dari diskusi yang dilangsungkan secara paralel. Ia menyoroti berbagai isu dalam sistem kesehatan nasional yang perlu dibenahi di masa mendatang, diantaranya terkait perubahan mindset, penyesuaian kurikulum pendidikan kedokteran, serta kejelasan lembaga dan payung hukum.
Isu terkait sistem kelembagaan juga terlontar dari Menteri Sekretaris Negara yang juga ketua Majelis Wali Amanat UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc, dalam keynote speech yang ia sampaikan. Sinergi yang akan dibangun dalam AHS, menurutnya, perlu terwujud melalui kelembagaan yang jelas untuk memudahkan koordinasi antara tiap aktor yang terlibat.
“Saya membayangkan sinergi itu butuh kelembagaan yang jelas, siapa yang in charge di bidang apa, dan bagaimana pengambilan keputusan dilaksanakan,” ujarnya.
Melalui konferensi video yang berlangsung pada hari pertama penyelenggaraan seminar ini, Pratikno mengungkapkan bahwa saat ini masih ada banyak masalah serius di bidang kesehatan masyarakat, khususnya berkenaan dengan ketimpangan kualitas pelayanan kesehatan di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, ia pun berharap konferensi ini dapat menghasilkan rumusan kebijakan yang tepat untuk mengatasi persoalan yang ada.
“Saya sangat berharap dalam konferensi ini akan berhasil merumuskan sebuah rekomendasi. Mari kita kawal sama-sama, bahwa dengan energi kita yang terbatas kita mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih mendasar yaitu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., menyampaikan beberapa tantangan dalam membangun model AHS di Indonesia, yaitu terkait integrasi struktur organisasi dan sistem manajemen, harmonisasi regulasi multi sektoral untuk memformulasikan aspek legal dari AHS, harmonisasi organisasi budaya di antara institusi, serta pembangunan konsensus dan komitmen dari pemerintah dan para stakeholder. Untuk itu, ia pun meminta UGM serta empat perguruan tinggi lain untuk dapat menjadi contoh bagi pembangunan AHS di oleh perguruan tinggi lain di berbagai wilayah di Indonesia.
“Kami akan mendukung 5 model AHS yang propektif, yaitu UI, UNHAS, UGM, UA, dan UNPAD dari tahun 2017. Model ini nantinya akan diadopsi oleh AHS lain di Indonesia,” terangnya. (Humas UGM/Gloria)