Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2016 menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia setelah Cina dan India. Prestasi ini menjanjikan peluang yang besar bagi pembangunan nasional di masa mendatang untuk membawa Indonesia menjadi salah satu perekonomian terbesar di duna. Meski demikian, dalam tahun-tahun mendatang Indonesia masih menghadapi beragam tantangan yang harus dicermati, salah satunya tantangan dalam bidang kependudukan.
“Kita memiliki bonus demografi. Sekarang itu usianya banyak usia muda. Tahun 2050, usianya tua semua, yang muda sedikit. Ini adalah tantangan yang harus dipersiapkan oleh setiap elemen masyarakat,” ujar Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJSTK), Agus Susanto, MM., Rabu (18/1) di Grha Sabha Pramana UGM.
Dalam acara Pembekalan Calon Wisudawan Program Pascasarjana UGM Periode II T.A. 2016/2017 ia memaparkan pentingnya peningkatan kemampuan tenaga kerja Indonesia agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, khususnya di tengah ekosistem digital yang ada saat ini. Secara khusus, ia menyoroti aspek kesiapan tenaga kerja. Ia menyayangkan tingkat pendidikan tenaga kerja saat ini yang terbilang cukup rendah. Padahal, untuk meraih peluang yang ditawarkan melalui momentum pertumbuhan ekonomi saat ini, menurutnya, Indonesia memerlukan tenaga kerja yang berkualitas.
“Tenaga kerja Indonesia saat ini 123 juta. Dari 123 juta ternyata yang tingkat pendidikannya SD ke bawah itu ada 53 juta. Yang lulus sarjana hanya 6,7 %, kecil sekali,” ucap Agus.
Terkait upaya peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia, menurut Agus, peran dari BPJS Ketenagakerjaan adalah untuk memberikan perlindungan jaminan sosial kepada seluruh tenaga kerja di Indonesia. Untuk itu, BPJS Ketenagakerjaan terus menciptakan inovasi sosial untuk memperluas cakupan peserta di tahun 2017.
“Peserta BPJS hingga akhir tahun 2016 sebesar 22,6 juta dengan pertumbuhan sebesar 17%. Untuk tahun 2017 target kita memiliki 25,2 juta peserta aktif,” jelasnya.
Salah satu inovasi yang dikeluarkan oleh BPJS dalam menjangkau tenaga kerja hingga ke tingkat yang paling kecil adalah melalui program PERISAI yang telah dijalankan di Jogjakarta dan Jember sebagai pilot project.
“Inovasi dengan agen perisai ini akan membantu kami untuk menjangkau peserta di mana pun berada untuk memberikan sosialisasi, bimbingan, dan nasihat utamanya berhubungan dengan jaminan sosial,” terang Agus.
Terhadap para calon wisudawan, Agus pun berharap agar mereka nanti dapat menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh untuk membangun Indonesia melalui bidang apa pun yang mereka tekuni.
“Mari kita implementasikan pengetahuan kita, apa yang kita dapatkan dari UGM ini di masyarakat secara nyata untuk bisa membangun negara kita. Negara menunggu kehadiran kerja nyata rekan-rekan,” pungkasnya.
Selain Agus, dalam acara Pembekalan Calon Wisudawan ini UGM juga menghadirkan Direktur Human Capital PT. Wijaya Karya (Persero) tbk., I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, SE, MM. Dalam pemaparannya, ia mengajak para calon wisudawan untuk dapat berpikir kreatif dan menghasilkan inovasi maupun ide-ide besar. Hal ini, menurutnya, menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan di tengah persaingan dunia kerja.
“Dengan kuliah S2 atau S3 ini kita memperkuat pola pikir, harus kreatif, jangan hanya berada di comfort zone. Kalau pola pikirnya terlalu biasa bapak ibu akan dicuekin,” ujar Askhara. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)