Mahasiswa pecinta alam Universitas Gadjah Mada atau yang dikenal dengan Mapagama berusaha menghidupkan olahraga paralayang di kampus UGM. Hal ini ditandai dengan dibukanya divisi paralayang dalam unit kegiatan mahasiswa Mapagama di awal tahun 2017 ini.
Paralayang atau yang dikenal juga dengan nama parapante atau paragliding merupakan salah satu cabang olahraga dirgantara yang sudah berkembang di dunia. Di Indonesia, olahraga ini masuk dalam naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Olahraga ini pertama kali dipelajari di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Beberapa mahasiswa UGM, yaitu Gendon Soebandono bersama (alm.) Dudy Arief Wahyudi yang juga anggota Mapagama dan Kapalasastra FIB UGM menjadi orang Indonesia pertama yang mempelajari paralayang ini. Hanya dengan alat dan pengetahuan seadanya mereka berdua berjuang agar olahraga dirgantara dapat masuk dan berkembang di Indonesia.
“Paralayang masuk di Indonesia pertama kalinya dibawa oleh para senior di Mapagama pada tahun 1989,” kata Kepala Divisi Paralayang Mapagama, Fadil Ramadhan, Selasa (24/1) yang saat dihubungi tengah mengikuti sertifikasi paralayang di Bogor.
Fadil menyebutkan sekitar tahun 1990-an sudah ada beberapa anggota Mapagama yang menekuni paralayang. Hanya saja, saat itu Mapagama belum secara resmi mendirikan divisi paralayang dan regenerasi belum dilakukan secara kontinu sehingga olahraga ini belum berkembang secara maksimal di UGM.
“Saat ini kami berupaya untuk kembali menggeluti lagi olahraga ini di UGM,”terangnya.
Langkah awal untuk menghidupkan olahraga paralayang di kampus UGM, dikatakan Fadil, adalah dengan mengirimkan sejumlah anggota Mapagama untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi paralayang di kawasan Puncak, Bogor. Mereka mengikuti pelatihan selama 26 hari pada 15-30 Januari 2017.
“Kita kirimkan enam anggota Mapagama untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi paralayang,”tuturnya.
Keenam anggota Mapagama tersebut adalah Fadil Ramadhan (Arkeologi/FIB), Rizal Fahmi (Kehutanan), Banu Iqra (DTE/SV), Jalu Lintang (Antropologi/FIB), Wildan Mush’ab (Hukum) dan Yusya Asadilah (JPP/ISIPOL).
Fadil menjelaskan dalam kegiatan tersebut mereka mengikuti pendidikan dasar penerbang. Selain mendapatkan teori dasar penerbangan, diperkenalkan dengan payung atau glider dan pengendalian payung. Berikutnya, simulasi peluncuran dan pendaratan sebelum melakukan penerbangan secara langsung dari kawasan perbukitan di Bogor.
“Kegiatannya lebih ke pendidikan dasar seorang penerbang, dari materi sampai praktik terbang langsung. Nantinya, di akhir pelatihan kami akan mendapatkan lisensi dengan jenjang Pilot Pemula 1 (PL 1),” terangnya.
Untuk memperoleh lisensi tersebut bukanlah hal yang mudah, terutama bagi mereka yang masih pemula. Mereka harus melakukan penerbangan sebanyak 40 flight.
“Bagi pemula seperti kami, ini tentu berat, tetapi selama mengikuti pelatihan ini kami ditatar baik materi, fisik, dan mental agar menjadi penerbang yang terlatih,”jelasnya.
Fadil berharap dengan keikutsertaan mereka dalam pelatihan ini kedepan Mapagama bisa secara aktif dalam perkembangan olahraga dirgantara Indonesia. Saat ini, divisi paralayang Mapagama masih beranggotakan 7 orang. Namun, nantinya diharapkan akan muncul anggota-anggota baru yang dapat menumbuhkembangkan olahraga paralayang di UGM secara berkelanjutan.
“Adanya divisi paralayang ini tidak hanya mengembangkan petualangan, pariwisata dirgantara paralayang, tetapi juga diharapkan bisa menorehkan prestasi. Untuk itu, mohon dukungan universitas dalam pengembangan divisi ini terutama untuk pengadaan peralatan latihan,” urainya. (Humas UGM/Ika)