Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana termasuk bencana geologis. Salah satu bencana geologis yang sering terjadi adalah gerakan tanah. Bencana ini memiliki sebaran lokasi kejadian lebih luas dan frekuensi lebih besar dibandingkan dengan bencana geologi lainnya seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Namun begitu, bencana akibat gerakan tanah ini memiliki dampak yang relatif lebih kecil.
Dwi Winarti, S.T., M.T., dosen prodi Teknik Pertambangan Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), mengatakan meski berdampak lebih kecil daripada bencana geologi lainnya, gerakan tanah telah mengakibatkan banyak kerugian di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk di Pulau Lombok. Dalam penelitiannya di kawasan lereng pegunungan selatan Pulau Lombok, Dwi menemukan puluhan titik gerakan tanah di kawasan tersebut.
“Ada 12 titik gerak tanah di sekitar lereng pegunungan selatan Pulau Lombok,” jelasnya, saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Teknik UGM, Jumat (27/1).
Dalam kesempatan itu, Dwi mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Tipe dan Intensitas Alterasi Hidrotermal Terhadap Karakteristik Gerakan Tanah Pada Lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok”. Bertindak selaku promotor Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dan ko-promotor Prof. Dr.I r Harry Cristady Hardiyatmo, M.Eng., D.E.A., serta Dr. Ir. Srijono, S.U.
Dwi menyebutkan bahwa berdasarkan kondisi aliterasi hidrotermal dan gerakan tanah diketahui aliterasi hidrotermal tipe argilik intermediet pada intensitas kuat. Hal ini mengakibatkan terjadinya luncuran bahan rombakan pada kemiringan lereng 30°-40° dan rayapan pada kemiringan lereng 15° hingga kurang dari 30°.
“Sedangkan tipe propilitik pada intensitas lemah/sedang menyebabkan terjadinya jatuhan batuan pada kemiringan lereng lebih dari 40°,” urainya.
Sementara dari hasil analisis geoteknik tanah/batuan hasil alterasi hidrotermal dan kondisi gerakan tanah diketahui kadar air rendah dan kekuatan lempung aliterasi tinggi menyebabkan jatuhan batuan. Sedangkan kadar air tinggi dan kekuatan lempung hasil aliterasi rendah mengakibatkan luncuran bahan rombakan dan rayapan.
“Penurunan kuat geser akibat aliterasi hidrotermal memberi pengaruh signifikan terhadap penurunan faktor keamanan,” tambahnya. (Humas UGM/Ika)