Perubahan yang terjadi dalam situasi politik dunia telah merubah konstelasi politik dan menimbulkan kondisi ketidakpastian global. Meski demikian, menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, di tengah ketidakpastian ini Indonesia memiliki peluang untuk tetap mempertahankan posisinya. Stabilitas ekonomi yang telah dicapai saat ini, menurutnya, memberikan optimisme dalam melihat kemajuan Indonesia di masa mendatang.
“Saat ini terjadi perubahan-perubahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tapi kita tidak bisa melihat Indonesia seperti yang lalu. Sekarang Indonesia perekonomiannya relatif lebih bagus, dan negara-negara lain mengakui itu,” ujarnya saat memberikan kuliah umum di UGM, Jumat (27/1).
Dalam kesempatan ini, Luhut memberikan kuliah umum berjudul “Ketidakpastian Global dan Strategi Pembangunan Nasional Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan.” Ia menyebutkan beberapa tantangan ketidakpastian global yang ada saat ini, di antaranya terkait pemulihan ekonomi dunia yang cenderung lambat pasca krisis tahun 2008-2009, krisis Timur Tengah yang semakin tidak menentu, jumlah pengungsi yang semakin membludak di Eropa, dan yang terakhir berbagai kebijakan yang diambil Donald Trump sebagai presiden baru Amerika Serikat.
“Krisis ekonomi, pengungsi, dan Donald Trump telah mendorong kemunculan faksi populisme di berbagai negara, misalnya Marie Le Pen, salah satu kandidat terkuat untuk Presiden Perancis berikutnya, serta Geert Wilders dan Freedom Party dari Belanda yang terkenal anti Islam,” jelasnya.
Selain itu, Luhut menambahkan peningkatan eskalasi antara Amerika dan Cina juga mungkin terjadi. Hal ini tidak mengherankan mengingat pernyataan dari Trump yang mengatakan akan mempertimbangkan ulang kebijakan one-china policy, meminta menarik ulang seluruh personel Cina dari pulau reklamasi di Laut Tiongkok Selatan, serta menetapkan tarif atas impor barang dari Cina.
Kompleksitas situasi ini, menurut Luhut, menimbulkan ketidakstabilan, dan menyebabkan adanya pergeseran dalam poros kekuasaan dunia. Situasi ini juga membuka peluang bagi negara-negara Asia termasuk Indonesia untuk menunjukkan kekuatannya. Luhut menjelaskan di tengah ketidakstabilan yang terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika, Indonesia justru menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan inflasi yang relatif stabil.
“Pencapaian yang telah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2016 menunjukkan hasil yang cukup baik dan ditunjukkan dengan penurunan angka kemiskinan dan koefisien gini atau kesenjangan pendapatan. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan,” jelasnya.
Di tahun 2017, pemerintah akan terus mendorong program-program untuk mengurangi kesenjangan dan meningkatkan pertumbuhan. Fokus pembangunan tetap akan menyeimbangkan pembangunan fisik dalam bentuk infrastruktur dan pembangunan SDM dalam bentuk pendidikan dan kesehatan serta pemberian bantuan bagi masyarakat tidak mampu.
Di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sendiri, program yang akan dijadikan prioritas pada tahun 2017 meliputi pengelolaan sampah dan pengurangan plastic debris, penyusunan dan analisis PDB Kemaritiman untuk formulasi kebijakan, pengembangan industri strategis bidang Kemaritiman, serta implementasi dan pengawasan program Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Ia pun meminta dukungan dari masyarakat, khususnya para guru-guru besar yang hadir dalam kuliah umum tersebut, untuk bersama-sama menggalakkan persatuan demi membangun Indonesia ke depan.
“Kondisi ketidakpastian global masih terus berjalan. Oleh karena itu, kita harus kompak dalam menghadapi situasi ini, menjaga agar negara kita tidak jatuh dalam krisis,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)