Bank syariah yang beroperasional relatif baru menghadapi masalah asimetri informasi lebih tinggi daripada bank konvensional. Pembiayaan modal kerja dengan sistem bagi hasil dan bukan bagi hasil tingkat asimetri informasi lebih tinggi daripada pembiayaan investasi dan konsumsi. Selain itu, asimetri informasi berpengaruh positif pada tingkat marjin/nisbah bagi hasil.
“Tingkat asimetri informasi pengaruhnya tidak signifikan pada tingkat jaminan,” papar Tri Joko Prasetyo dalam ujian terbuka program doktor di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Jumat (27/1).
Dalam disertasinya berjudul Pengaruh Asimetri Informasi Kinerja pada Pembiayaan Perbankan Syariah, Joko mengatakan tingkat asimetri yang tinggi pada pembiayaan modal kerja maka pembiayaan modal kerja yang bermasalah lebih tinggi dan tingkat marjin modal kerja lebih tinggi. Motivasi ekonomi nasabah modal kerja lebih tinggi daripada pembiayaan investasi dan modal kerja sehingga tingkat loyalitas nasabah pembiayaan modal kerja lebih rendah daripada pembiayaan konsumsi dan investasi.
Di sisi lain, kata joko, pembiayaan konsumsi pada bank syariah menunjukkan perkembangan yang lebih tinggi daripada pembiayaan modal kerja dan investasi. Hal ini disebabkan karena tingkat asimetri informasi yang lebih rendah, tingkat loyalitas yang lebih tinggi serta motivasi religi yang lebih tinggi.
“Nasabah pembiayaan konsumsi sebagian besar adalah PNS/TNI/POLRI dan pegawai swasta/BUMN,”urai dosen FEB Unila itu.
Di akhir paparan, Joko menegaskan karena tingkat asimetri informasi memengaruhi bank syariah maka bank syariah dalam membuat kebijakan pembiayaan harus mempertimbangkan hal ini dan menggunakan kebijakan untuk dapat meningkatkan perkembangan bank yang lebih baik seperti dalam penentuan marjin pembuatan model nisbah bagi hasil dan produk pembiayaannya. (Humas UGM/Satria)