Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Mohammad Nasir, menargetkan dalam 10 tahun mendatang Indonesia mampu mewujudkan swasembada pangan. Karena itu, ia meminta perguruan tinggi untuk dapat mendukung target ini melalui penerapan hasil-hasil riset di bidang pertanian maupun peternakan.
“Tidak cukup riset hanya disimpan di perpustakan, tapi harus bisa diterapkan di masyarakat,” ujarnya saat melakukan kunjungan kerja ke peternakan PT Widodo Makmur Perkasa di Klaten, Selasa (31/1)
Dalam kesempatan ini, ia turun secara langsung ke kandang-kandang sapi untuk melihat perbaikan genetika dari sapi yang dikembang biakkan di peternakan binaan Fakultas Peternakan UGM tersebut. Ia memberikan apresiasi terhadap UGM yang telah berkontribusi terhadap upaya swasembada di bidang peternakan dengan membangun Center of Excellence yang mampu memproduksi bibit sapi unggul.
“Pemerintah mendukung penuh inisiasi yang dilakukan oleh UGM dengan PT Widodo Makmur Perkasa. Saya optimis, swasembada daging diperkirakan 10 tahun ke depan bisa dilaksanakan,” kata Nasir.
Ia pun mendorong para peneliti di perguruan tinggi lain untuk turut mengembangkan inovasi dalam bidang peternakan untuk menyediakan bibit-bibit ternak unggul yang berkualitas dan bernilai jual tinggi. Untuk ternak sapi, misalnya, ia mengharapkan dapat dihasilkan sapi unggul yang bisa mencapai berat 500 hingga 600 kg pada usia 2 tahun.
Produksi bibit sapi unggul yang diinisiasi UGM bersama PT Widodo Makmur Perkasa dan University of Liege Belgia ini mampu menghasilkan ternak sapi dengan pertumbuhan cepat serta memiliki daging yang padat dan empuk. Saat ini, telah lahir 12 ekor sapi unggul generasi pertama persilangan Belgian Blue Cattle dengan sapi Brahman. Sapi generasi pertama keturunan Belgian Blue ini kemudian akan dikawinkan dengan generasi pertama keturunan Brahman dengan pejantan sapi Wagyu. Hasil ketiga keturunan inilah yang nantinya akan dinamakan Lembu Gama sebagai breed composit.
“Keunggulan breed composit ini diharapkan akan lahir sapi-sapi yang adaptif dan produktif pada kondisi iklim tropik basah dari darah tetuanya yaitu sapi Brahman, kemudian memiliki daging yang empuk dari wagyu dan otot dobel dari Belgian Blue,” jelas Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA.
Bibit sapi unggul yang berhasil dikembangkan ini, menurutnya, dapat dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia untuk meningkatkan produksi daging sapi nasional. Karakter sapi Gama yang dihasilkan melalui persilangan ini, lanjut Ali, diharapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan daging sapi di masa yang akan mendatang.
“Secara ringkas, kami berharap Lembu Gama akan menjadi produsen daging sapi dengan kualitas prima,” imbuh Ali.
Selain mengembangkan program breeding Lembu Gama, Fakultas Peternakan juga memiliki aktivitas Bengkel Ternak yang dapat memperbaiki ternak dengan malnutrisi melalui intervensi teknologi pakan agar kembali menjadi sapi yang normal dan tumbuh bagus. (Humas UGM/Gloria)