UGM berdiri untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia masih ada setelah mengalami penjajahan kembali oleh kolonialis Belanda. Oleh karena itu, UGM merupakan simbol bagi kemandirian dan keberadaan negara.
“Untuk itu, semua karya berupa riset-riset dan pengabdian pada masyarakat didedikasikan untuk kemanusiaan dan kesejahteraan bangsa,” kata Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, di Balai Senat, Senin (6/2) saat membuka International Deans Course.
Menurut Dwikorita, Indonesia saat ini memiliki sekitar 500 ribu desa. Meski pertumbuhan ekonomi tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi dunia dan Asean, namun indeks gini masih cukup tinggi dan berakibat gap antara desa dan kota masih tetap ada.
Melihat realitas ini maka UGM lantas mengembangkan smart village. Smart village ini diharapkan menjadi solusi dengan mengandalkan riset-riset dan pengabdian masyarakat untuk pertumbuhan desa.
Sementara itu, untuk mempercepat perkembangan smart village diharapkan banyak kerja sama antar mitra dengan industri, masyarakat, pemerintah dan filantropi. Harapannya, dengan smart village semua bergerak maju, dan UGM secara terus memperbaiki riset dan inovasi.
“Karenanya, sebelum kesana, kita perlu memperbaiki tata kelola, yaitu tata kelola universitas yang menjadi kunci untuk kemajuan negara. Untuk itu, kami mengapresiasi deans course ini untuk membantu memperbaiki kapasitas pimpinan fakultas atau universitas demi mencapai kebijakan tata kelola yang baik,” katanya.
International Deans Course merupakan kegiatan untuk menyiapkan pemimpin-pemimpin masa depan di perguruan tinggi. Kegiatan yang diikuti dekan-dekan, wakil dekan, dan direktur perguruan tinggi dari luar negeri ini akan berlangsung selama 5 hari, mulai 6-10 Februari 2017.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional, Dr. Danang Srihadmoko, M.Sc, menyatakan penyelenggaraan International Deans Course bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang leadership bagi calom pemimpin universitas. Berbagai materi disampaikan, diantaranya terkait manajemen keuangan, leadership, quality insurance dan segala hal menyangkut manajemen universitas.
Bagi UGM kegiatan ini sekaligus sebagai upaya promosi di hadapan pemimpin-pemimpin perguruan tinggi luar negeri. Dengan adanya International Deans Course, dekan-dekan bisa saling berinteraksi dan membangun jaringan.
“Kita berharap dengan pertemuan semacam ini mampu meningkatkan jumlah mahasiswa asing yang akan kuliah di UGM. Itu yang paling penting, karena saat ini sekitar 2.000 mahasiswa asing kuliah di UGM. Harapan kita dari 55.000 mahasiswa UGM, sekitar 10 persen merupakan mahasiswa asing,” kata Danang Srihadmoko.
Dalam acara tersebut, hadir dan memberikan sumbangan pemikiran Prof. Dr. Peter Mayer dari Osnabruck University of Applied Science, Marijke Wahlers dari Forum Rektor Jerman dan Dr. Didi Achjari, S.E., Akt., M.Com, Wakil Rektor bidang Sistem Informasi dan Keuangan, Universitas Gadjah Mada. (Humas UGM/ Agung;foto: Firsto)