UGM memperkuat kerja sama dalam peningkatan pengelolaan komersialisasi hasil inovasi dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dan Direktur Utama PT RNI, Didik Prasetyo, Jumat (17/2) di Gedung Pusat UGM.
Dalam sambutannya, Didik menyampaikan bahwa kerja sama dengan UGM ini dilakukan untuk mendorong pertukaran informasi dan untuk berbagi pengalaman mengenai proses alih teknologi maupun komersialisasi hasil riset dan inovasi.
“Kita sebenarnya sudah mempunyai beberapa hasil inovasi, namun diharapkan ini bisa bersama-sama dikembangkan lebih lanjut dengan UGM. Saya berharap hasil inovasi ini bisa kita kembangkan lebih jauh dalam rangka mendukung program pemerintah,” ujarnya.
Didik menyebutkan beberapa mandat pengembangan inovasi yang ia terima dari pemerintah, diantaranya terkait kemandirian bahan baku obat serta kedaulatan pangan. Karena itu, ia berharap MoU yang telah ditandatangani ini dapat segera ditindaklanjuti dalam bentuk kolaborasi yang konkret.
“Kerja sama dengan UGM memang selama ini sudah terjalin, dan harapannya akan semakin ditingkatkan setelah MoU. Kami ingin menindak lanjuti dengan kerja sama yang lebih konkret, mudah-mudahan dalam beberapa minggu sudah muncul project yang kita lakukan dengan UGM,” imbuh Didik.
Tawaran ini pun mendapat sambutan baik dari Rektor UGM. Peluang kerja sama ini, menurutnya, sesuai dengan semangat socio-enterpreneurship yang digalakkan UGM sejak tahun 2012, ketika UGM mulai gencar melakukan hilirisasi produk-produk yang dihasilkan dari kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.
“Tidak cukup hanya membuat paper dan laporan lalu mengisi perpustakaan. Itu harus bisa diterapkan di masyarakat, termasuk juga di industri. Kami berharap produk riset kami bisa jadi sarana wirausaha sosial untuk menghasilkan profit yang digunakan untuk kepentingan sosial dan pengembangan riset selanjutnya,” jelas Rektor.
Lebih lanjut ia menjelaskan kerja sama dengan RNI akan sangat menguntungkan bagi UGM dengan adanya penerapan model teaching industry dan RNI dapat menjadi wadah bagi mahasiswa serta dosen UGM untuk mempelajari dunia industri dan mengembangkan riset-riset terkait. Model ini, sebelumnya telah berhasil dilaksanakan di beberapa perusahaan milik UGM seperti di PT. Pagilaran.
“RNI kan industri yang sudah besar. Kenapa tidak kita jadikan itu sebagai teaching industry-nya UGM juga. Di situ para dosen dan mahasiswa kita bisa belajar dan langsung berproduksi,” imbuh Dwikorita.
Selain itu, Rektor UGM juga menawarkan kesempatan kepada RNI untuk mengembangkan program research and development (R&D) di sarana-sarana yang dimiliki UGM, misalnya di Rumah Sakit UGM.
“Kami akan membangun empat tower di RS UGM untuk pengembangan di bidang-bidang yang lebih khusus. Silakan manfaatkan laboratorium dan pusat inovasi kami sebagai sarana R&D. Saya harap ini bisa membuat kegiatan R&D semakin efisien,” tambah Dwikorita.
Usai acara seremonial penandatanganan MoU, pertemuan kali ini dilanjutkan dengan diskusi secara intensif oleh kedua belah pihak untuk menjajaki peluang kerja sama yang dapat dilakukan di waktu dekat dalam berbagai bidang strategis yang menjadi perhatian kedua belah pihak. Beberapa peluang kerja sama yang sempat diangkat diantaranya terkait dengan bidang agroindustri, farmasi, kesehatan, peternakan, serta konstruksi bangunan. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)