Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada (MAPAGAMA) melakukan ekspedisi penelitian di gunung Merapi dalam kegiatan “UGM Research Expedition” (URE). Selama enam bulan, Oktober 2016 hingga Maret 2017 mendatang mereka meneliti kawasan gunung yang dikenal sebagai salah satu gunung berapi sangat aktif di Indonesia itu.
Ketua tim ekpedisi, Jalu Lintang, menyampaikan dalam ekspedisi ini Mapagama memberangkatkan 6 orang anggotanya yang terdiri dari 5 laki-laki dan 1 perempuan. Mereka fokus melakukan penelitian di kawasan selatan lereng Merapi. Keenam orang tersebut adalah Jalu Lintang (Antropologi), Fadil Ramadan (Arkeologi), Rizal Fahmi (Kehutanan), Anggita Swestiana (Pariwisata), Dimas Dwi Septian (Geofisika), dan Priyantono Nugroho (Antropologi)
“Kami fokuskan penelitian dalam empat bidang, yaitu geofisika, pariwisata, antropologi, serta kehutanan,” jelasnya Selasa (21/2) di kampus UGM.
Jalu menyebutkan saat ini mereka telah melaksanakan penelitian untuk memprediksi arah aliran awan panas erupsi Merapi. Selain itu, juga terkait implementasi manajemen risiko bencana dalam pengembangan pariwisata di desa wisata Pentingsari.
Saat ini, mereka juga tengah melakukan studi komunitas Jalin Merapi dalam bencana erupsi Merapi. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran komunitas dalam upaya mitigasi bencana.
“Kita juga akan mengkaji potensi sumber daya air di lereng selatan Merapi untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga warga sekitar,” imbuh Jalu.
Sementara itu, Humas ekspedisi Merapi, Fadil Ramadhan, mengatakan dari ekspedisi bertajuk “Dinamika Gunung Merapi: Dulu dan Kini” ini dapat menghasilkan berbagai informasi yang bermanfaat tidak hanya bagi warga setempat. Namun demikian, juga bisa memberikan infromasi bagi masyarakat luas yang memerlukan data tentang Merapi.
“Dari ekspedisi ini nantinya diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah terkait jalur erupsi, pengembangan desa wisata berbasis manajemen bencana, serta potensi sumber daya air di Merapi,” paparnya.
Disebutkan Fadil, ekspedisi kali ini memiliki tantangan besar karena melakukan penelitian di kawasan gunung. Tidak hanya menuntut kemampuan berpikir secara sistemik, namun juga diperlukan kesiapan fisik yang prima.
“Sebelum melaksanakan ekspedisi ini kami rutin melakukan latihan fisik untuk menguatkan kemampuan mendaki saat meneliti lereng Merapi,” katanya. (Humas UGM/Ika)