Enam anggota Mahasiswa Pencinta Alam Silvagama Fakultas Kehutanan UGM melakukan eksplorasi di Taman Nasional Way Kambas yang menjadi salah satu ASEAN Heritage Park di tanah Sumatera, pada 9-23 Januari silam. Ekspedisi ini merupakan salah satu program Mapala Silvagama dalam upaya memperkenalkan hal-hal menarik maupun isu yang ada di setiap taman nasional di Indonesia dan meningkatkan publikasi kajian ilmiah kepada khalayak umum.
“Setiap taman nasional memiliki berbagai keindahan alam yang tersimpan di dalamnya sehingga hal tersebut menjadi potensi khususnya di bidang pariwisata. Di Indonesia terdapat 52 Taman Nasional yang tersebar di seluruh nusantara dan menyimpan keunikan kekayaan alamnya masing-masing,” ujar Adinda C Milaba selaku Ketua Ekspedisi 50 Taman Nasional, Selasa (21/2).
Enam anggota yang tergabung dalam tim Ekspedisi 50 Taman Nasional tersebut adalah Aniyah Riansari, Adinda C. Milaba, M. Reza Ananta P, Febrian E. Nugraha, Astried Canthika H., dan Okti Fathony Purnama. Pada setiap ekspedisi yang dilakukan, Mapala Silvagama mengangkat tema khusus sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dalam ekspedisi yang dilakukan di Taman Nasional Way Kambas ini, mereka mengangkat tema “Usaha Konservasi Fauna Langka”.
“Ekspedisi yang dilakukan di Taman Nasional Way Kambas ini dilakukan selama 13 hari dengan melakukan observasi serta temu dengan Balai Taman Nasional Way Kambas dan lembaga-lembaga yang terkait dengan usaha konservasi fauna langka,” kata Adinda.
Dari 52 Taman Nasional yang ada di Indonesia, Taman Nasional Way Kambas terbilang sebagai salah satu taman nasional yang masyhur dengan keragaman jenis mamalia besar yang ada. Adinda menjelaskan Taman Nasional Way Kambas dipilih sebagai lokasi eksplorasi karena merupakan kawasan konservasi yang berorientasi pada pengelolaan populasi dan habitat satwa-satwa langka, khususnya mamalia. Di samping itu, Taman Nasional Way Kambas juga turut berkolaborasi dengan berbagai mitra diantaranya adalah Suaka Rhino Sumatera (SRS), Pusat Konservasi Gajah (PKG), dan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS).
“Eksplorasi yang dilakukan tim lapangan mengenai usaha konservasi fauna langka membuka informasi mengenai bagaimana pihak taman nasional beserta mitra-mitra yang turut bekerja sama melindungi ekosistem Taman Nasional Way Kambas,” imbuhnya.
Eksplorasi yang dilakukan oleh para mahasiswa UGM ini pun mendapat apresiasi dari Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas, Subakir S.H., M.H. Ia berharap hasil eksplorasi yang dipublikasikan dapat meningkatkan pengenalan masyarakat akan taman nasional ini.
“Kami sangat mengapresiasi mahasiswa yang antusias turun ke lapangan untuk menguak isu, potensi dan kondisi taman nasional serta memublikasikannya ke masyarakat,” ujarnya.
Di tengah maraknya perburuan yang mengancam populasi satwa pada kawasan taman nasional, lanjut Subakir, Balai Taman Nasional Way Kambas berusaha agar angka perburuan satwa terus berkurang. Karena itu, ia menyambut baik kerja sama yang dilakukan dengan berbagai pihak untuk mendukung upaya pelestarian fauna di Way Kambas.
“Kerja sama lembaga-lembaga yang concern terhadap jenis-jenis fauna tersebut sangat membantu kami dalam usaha pelestarian fauna di kawasan Taman Nasional Way Kambas,” lanjutnya.
Ekspedisi yang dilakukan oleh Mapala Silvagama Fakultas Kehutanan ini menjadi gong pembuka bagi kegiatan Ekspedisi 50 Taman Nasional di tahun 2017. Nantinya, mereka juga akan memublikasikan data-data yang diperoleh selama ekspedisi, terutama data-data seputar usaha konservasi di taman nasional tersebut. (Humas UGM/Gloria)