Dalam beberapa tahun terakhir, anak-anak bangsa telah mampu menghasilkan berbagai inovasi kreatif yang diakui dunia. Meski demikian, persoalan hak kekayaan intelektual masih belum menjadi hal yang terlalu diperhatikan oleh para inventor ini. Padahal, pemahaman mengenai aspek legal sangat penting bagi pengembangan produk tersebut di kemudian hari.
“Kelemahan Indonesia, begitu dapat penemuan yang punya kebaruan mereka tidak sabar ingin segera dimuat di jurnal kemudian diundang ke mana-mana untuk menjelaskan temuannya dan mendapat penghargaan, baru kemudian didaftarkan patennya,” ujar Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna R. Sugarda, S.H., M.Hum., LL.M., Jumat (24/2) di Fakultas Teknik UGM.
Kebiasaan tersebut, menurutnya, menjadi sesuatu yang justru akan sangat merugikan bagi para inventor. Dari aspek legal, ia menjelaskan, publikasi penemuan yang belum didaftarkan untuk mendapat hak kekayaan intelektual justru akan menghilangkan sifat kerahasiaan dari penemuan tersebut dan mempersulit proses permohonan paten.
“Ada peneliti yang bilang tidak apa-apa, mereka aman-aman saja, tapi ada hal-hal yang harus di-keep saat memuat penemuan di publikasi sebagai kunci untuk mengajukan permohonan paten. Hukum kita mengatakan bahwa sekali dipublikasikan maka sifat kerahasiaan penemuan jadi hilang,” jelasnya.
Penjelasan ini ia sampaikan di hadapan para mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informatika (DTETI) yang mengikuti kuliah Kapita Selekta dengan tema Legal Aspect of Business. Pengetahuan terkait aspek-aspek legal, menurutnya, menjadi hal yang tidah kalah penting untuk dipelajari oleh para mahasiswa teknik.
“Kalau hanya tahunya persoalan teknis dan teknologi kalian hanya akan jadi pekerja. Setelah ini saya harap kalian bisa berpikir dalam lingkup yang lebih luas, baik dari aspek politik, ekonomi, maupun hukum. Dengan demikian, kalian dapat menjadi pemimpin yang hebat, dan saya yakin Anda mampu untuk mencapai hal itu,” pungkas Paripurna.
Kapita Selekta merupakan bagian dari kurikulum baru DTETI yang diselenggarakan untuk memberi bekal pada mahasiswa saat memasuki dunia kerja nantinya. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka wawasan para mahasiswa agar lulusan teknik tidak hanya memahami ilmu keteknikan tapi juga memahami global knowledge dan perspektif-perspektif yang lain.
“Ketika orang membangun startup misalnya, 90 persen tenaga dihabiskan untuk mengurusi aspek teknis saja. Padahal, kebutuhan untuk memahami aspek non-teknis seperti aspek legal dari bisnis sangat besar,” ujar Ahmad Yuniarto, mantan Chairman Schlumberger Group Indonesia, yang bertindak sebagai anggota Advisory Board bagi kurikulum DTETI.
Setelah membahas mengenai aspek hukum dari bisnis, dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya, Kapita Selekta juga akan mengangkat beberapa tema penting, seperti ekonomi digital, perspektif kebijakan publik, serta pembangunan yang berkelanjutan. Melalui pembahasan ini, lanjut Ahmad, ia berharap lulusan Fakultas Teknik nantinya dapat benar-benar menunjukkan kontribusi yang nyata bagi bangsa.
“Saya harap ini dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk bisa memahami masalah nyata negeri ini dan sebagai seorang insinyur Anda bisa mencari ruang mana untuk memberikan kontribusi yang nyata,” kata Ahmad. (Humas UGM/Gloria)