Dalam budaya Jawa, menata masyarakat biasa diibaratkan sebuah ornamen gamelan. Ketika gamelan ditabuh satu gending gambir sawit, onang-onang, atau pangkur maka tabuhannya masing-masing berbeda.
Di sinilah arti penting kehadiran seorang manajer (pengendang) karena ketika pengendang menjalankan sesuai aturan maka semua akan mengikuti manajer. Meskipun tabuhan dan pukulan berbeda, kunci ternyata tetap pada seorang manajer.
“Pengendang kalau di tingkat desa ibarat seperti Kepala Desa. Kepala Desa ini bisa jadi tidak sekolah, namun ia diciptakan Tuhan,” ujar Sigit Isrutiyanto, S.Sn, Kepala Desa Towangsan, Ganti Warno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada diskusi seri Pemikiran Pancasila bertema “Membangun Desa berdasarkan nilai-nilai Pancasila”, di Pusat Studi Pancasila, Selasa (7/3).
Sigit Isrutiyanto yakin ketika seseorang bisa memahami dan mendalami Pancasila maka ia akan menjadi manusia yang berbudi luhur. Konsep berbudi luhur ini dalam konsep Jawa memiliki susunan dan tingkatan.
“Pada tataran berbudi pekerti luhur ini dapat dihitung jari. Jika ditarik dalam kehidupan desa yang kompleks dengan sekitar 3.000 jiwa penduduk maka saya mencoba memasukkan nilai-nilai Pancasila, terutama pasca pilkades karena potensial muncul konflik atau ketegangan akibat pertarungan politik dan kekuasaan,” ujarnya.
Dalam mengimplentasikan nilai-nilai Pancasila, Sigit Isrutiyanto menggunakan budaya wayang sebagai media. Sebab, konsep bersih desa yang dilakukan tiap pedukuhan biasanya menggunakan media wayang.
Mengapa bersih desa dengan wayang karena masyarakat ingin memanjatkan syukur pada Tuhan. Wayang sebagai media ini dapat menjadi sarana interaksi dan kerukunan.
“Ini yang akan mendekatkan masyarakat, sekaligus sebagai media menyampaikan tentang program desa,” kata Sigit.
Sementara itu, Dr. Heri Santoso, Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, menjelaskan bangsa ini sesungguhnya sedang sakit. Meski begitu, semua lapisan masyarakat tidak merasa jika bangsa ini dalam kondisi sakit, bahkan cenderung menyerahkan situasi ke tangan penjajah.
“Diskusi ini diharapkan bisa membantu untuk menguraikan persoalan-persoalan bangsa, khususnya di desa,”tuturnya. (Humas UGM/ Agung)