Universitas Gadjah Mada menjalin kerja sama di bidang pendidikan dan keprofesian dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada Selasa (14/3) di Gedung Pusat UGM. Selain itu, dalam kesempatan yang berbeda, rektor UGM juga menandatangani nota kesepahaman kerja bersama dengan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Kerja sama yang dijalin UGM dengan PII berkaitan dengan peningkatkan serta pengembangan kualitas pendidikan dan keprofesian demi memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan dan pengembangan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia. Menurut Ketua Umum PII, Dr. A. Hermanto Dardak, M.Sc., IPU, kerja sama ini menjadi hal yang penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya asing.
“Bersama UGM harapannya kita bisa melihat bagaimana proses dari inovasi sampai produksi massal bisa dikawal sendiri. Kami harap dengan UGM kita bisa semakin maju dan semakin meningkatkan kualitas insinyur di Indonesia,” paparnya.
Ruang lingkup nota kesepahaman ini diantaranya mencakup bidang pendidikan berupa penyelenggaraan kegiatan peningkatan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia dan pertukaran sumber daya manusia, bidang keprofesian berupa pembekalan kemampuan profesi di bidang keinsinyuran termasuk penyelenggaraan ujian sertifikasi profesi, pengembangan kapasitas, serta kegiatan lain yang disepakati kedua belah pihak.
“Dalam waktu dekat kami akan mempersiapkan program profesi keinsinyuran berbobot 24 SKS dengan berbagai minat bidang yang berbeda, seperti teknik mesin, sipil, elektro, geodesi, peternakan, dan kehutanan,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.
Selain itu, lanjut Dwikorita, kerja sama dengan para praktisi ini juga diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi mahasiswa UGM, khususnya bagi mereka yang akan menempuh kegiatan kerja praktik.
“Kami sangat berharap dari PII bisa memberikan akses lebih luas untuk mendorong kegiatan praktik bagi mahasiswa melalui proyek-proyek yang sedang dikembangkan sehingga mahasiswa tidak harus mengantri lama sekali,” imbuhnya.
Masih di hari yang sama, rektor UGM juga menandatangani nota kesepahaman bersama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dengan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerja sama yang dijalin dengan pemkab TTU diperkuat dengan penandatanganan perjanjian kerja sama terkait pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengembangan produk perikanan oleh Fakultas Pertanian UGM.
Bupati Kabupaten TTU, Raymundus Sau Fernandes, S.Pt., menjelaskan persoalan yang terjadi di TTU bagaimana potensi kelautan yang dimiliki oleh kabupaten ini belum bisa dimanfaatkan secara penuh oleh warga yang tinggal di daerah pesisir. Masyarakat pesisir, jelasnya, justru lebih banyak menggantungkan penghidupan mereka dari pertanian serta peternakan.
“Kami sedang berupaya mengalihkan petani di sepanjang garis pantai untuk menjadikan laut sebagai pokok pencaharian mereka. Ini proses yang tidak mudah untuk membalikkan pola pikir yang sudah lama dimiliki dalam waktu yang relatif singkat,” jelasnya.
Terkait upaya tersebut, ia berharap kerja sama dengan UGM dapat membawa angin segar bagi masa depan industri kelautan TTU dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berketerampilan tinggi. Hal ini pun direspons dengan baik oleh rektor UGM yang dalam kesempatan ini menyampaikan apresiasinya atas perhatian yang diberikan oleh Pemkab TTU. Ia pun menyatakan dukungan penuh terhadap kegiatan pendampingan yang akan dijalankan dengan harapan agar hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir TTU.
“Kita sama-sama mempunyai komitmen bahwa Indonesia harus tetap jaya, berdaulat, dan sejahtera. Program pengembangan pendidikan, riset, dan pengabdian kami semakin digalakkan untuk membangun desa pintar dan tangguh, dan kami berharap upaya ini dapat menutup kesenjangan yang ada,” kata rektor UGM. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)