Bencana alam telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam ini telah banyak menelan korban manusia dan harta benda. Meskipun pemerintah telah banyak berupaya mengurangi risiko dampak yang ditimbulkan, tetapi upaya tersebut belum terlihat maksimal dan komprehensif. “Seringkali bencana alam terjadi, tidak berbanding lurus dengan upaya maksimal penanggulangan bencana oleh pemerintah yang telah menyusun kerangka penanggulangan dampak bencana dan kemungkinan-kemungkinan mempersiapkan masyarakat tangguh bencana,” kata Dosen Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo, Idaman, S.Ag., M.A., dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Filsafat UGM, Rabu (15/3).
Ia mengatakan masyarakat Indonesia telah terbiasa berhadapan dengan bencana alam dan pada gilirannya memberikan pengalaman dan pengetahuan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut. Penelitiannya yang melakukan kajian filsuf kenamaan dari Jerman, Martin Heidegger, tentang sikap manusia atas bencana alam, menurut Idaman, sangat relevan pemikiran Martin Heidegger bagi penanganan bencana di Indonesia. “Dapat dilihat dari tawarannya perihal kesadaran diri mengenai diri dan realitas bencana. Melalui kesadaran diri, manusia pada akhirnya akan memahami keberadaannya di dunia ini,” katanya.
Berdasarkan pendapat Martin Heidegger bencana mampu menggerakkan solidaritas masyarakat secara masif dan spontan dengan kesadaran sendiri, mampu menggugah kesadaran sosial dan nilai-niali dasar kemanusiaan secara universial. “Bencana dapat membangkitkan semangat kreatifitas masyarakat sehingga sangat mungkin memupuk kebersamaan antar pihak walau sesaat,” ungkapnya.
Ia menambahkan dalam perspektif pemikiran Martin Heidegger, kesadaran diri korban bencana bukan sesuatu yang begitu saja dapat dipahami oleh orang lain, tetapi diperlukan waktu melalui penantian untuk menjabarkan kesadaran diri tersebut. “Oleh karena itu, diperlukan komunikasi, empati, dan relasi yang intens dengan calon korban dan korban bencana,” paparnya.
Menurutnya, kearifan lokal masyarakat dalam hal mitigasi bencana tingkat lokal akan bersinergi dengan gagasan Hermeneutika Martin Heidegger dalam efektifitas penanganan bencana alam di Indonesia. “Kearifan lokal dan hermeneutika Martin Heidegger merupakan dua sumbangan penting bagi pemerintah di dalam menangani bencana alam,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)