Pemanfaatan lahan pertanian di Imogiri, Bantul, semakin berkurang seiring makin besarnya tingkat alih fungsi lahan. Penyusutan lahan ini terjadi pada lahan sawah dan tegalan yang meningkat menjadi 30,16 persen dari sebelumnya. Alih fungsi lahan berdampak pada makin berkurangnya penghasilan petani yang selama ini hanya memiliki lahan kurang dari dari 0,18 hektar. Hal itu dikemukakan Nurul Khotimah, S.Si., M.Si., ahasiswa S3 prodi Ilmu Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana UGM, yang melakukan penelitian terhadap 369 petani di Kecamatan Imogiri, Bantul.
Menurut Nurul Khotimah, dari hasil penelitiannya diketahui para petani di Kecamatan Imogiri rata-rata berumur 54 tahun. “Yang termuda adalah 40 tahun dan yang tertua 74 tahun. Jadi, mayoritas petani di sana berumur di atas 40 tahun,” kata Nurul Khotimah dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang seminar Sekolah Pasca Sarjana UGM, Jumat (17/3).
Para petani di daerah tersebut, menurut Nurul, mengelola lahan di daerah dataran, perbukitan, dan pegunungan. Penghasilan petani umumnya rata-ratanya adalah Rp515 ribu per bulan. “Masih di bawah standar upah minimum Kabupaten (UMK) Bantul Rp1,1 juta per bulan,” katanya.
Dari tingkat kepemilikan lahan, kata Nurul, rata-rata petani di Kecamatan Imogiri memiliki lahan seluas kurang dari 0,18 hektar. “Dapat dikatakan lahan yang diusahakan relatif sempit secara otomatis pendapatan yang diperoleh juga rendah,” katanya.
Namun demikian, imbuhnya, jika status lahan yang dimiliki petani dalam bentuk sewa maka tingkat pengelolaan sumber daya lahan semakin tinggi. Sebaliknya, apabila lahan yang dikuasai itu milik sendiri maka semakin rendah tingkat pengelolaan sumber daya lahan. “Status penguasaan lahan sewa menuntut petani mengurangi biaya operasional dan risiko gagal panen sehingga akan mengusahakan secara optimal,” paparnya.
Tidak hanya itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan petani maka akan semakin tinggi tingkat pengelolaan sumberdaya lahan. Namun, apabila pendapatan rendah maka tingkat pengelolaan sumberdaya lahan juga semakin rendah. “Petani di bentang lahan pegunungan umumnya akan terpacu mengelola sumber daya lahan lebih baik mengingat banyaknya keterbatasan kondisi lahan di bentang lahan tersebut,” ungkapnya.
Dari hasil penelitian ini, Nurul Khotimah mengatakan pendapatan petani di Imogiri relatif rendah di semua bentang lahan sehingga memerlukan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas padi, melindungi harga jual padi, promosi keunggulan padi Imogiri dan modernisasi sarana prasarana pertanian. Selain itu, keberadaan lahan sultan ground yang dikuasai oleh sebagian kecil masyarakat petani di semua bentang lahan memungkinkan keberadaan lahan pertanian masih dapat dipertahankan sesuai dengan fungsinya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)