Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, mengadakan kuliah umum dengan tema “Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah”, Jumat (17/3) malam. Hadir sebagai pembicara dalam kuliah umum tersebut, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Pada presentasinya Ganjar memaparkan berbagai perkembangan tata ruang di berbagai wilayah Jawa Tengah. Salah satu program Ganjar menata tata ruang Jawa Tengah ialah pembangunan provinsi berbasis potensi lokal. Menurut Ganjar, setidaknya di bagian wilayah utara dan selatan Jawa Tengah terdapat agrominapolitan dan industri
Pada sektor pariwisata, Ganjar melakukan penataan di berbagai situs wisata di Jawa Tengah. Misalnya, penataan wisata Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Sangiran di Kabupaten Sragen, Karimun Jawa di Kota Jepara, dan wisata Dieng di Kabupaten Wonosobo.
“Empat situs wisata tadi menjadi fokus Pemprov Jawa Tengah mengembangkan sektor wisata yang berkelas dunia,” ujar Ganjar.
Sementara itu, Ganjar juga melakukan penataan pada sektor transportasi yakni dengan reaktifasi rel-rel kereta api yang sekarang tidak digunakan. Salah satunya adalah keberadaan rel kereta api di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Menurut penjelasan Ganjar, jalur kereta api Ambarawa merupakan salah satu dari tiga jalur rel kereta api di dunia yang menanjak. Akan tetapi, dalam realisasinya hal tersebut mengalami beberapa kendala diantaranya jalur rel yang sudah banyak beralih menjadi pemukiman penduduk.
“Selain jalur rel Ambarawa reaktifasi dilakukan di berbagai wilayah seperti jalur rel Puwokerto – Semarang dan Surakarta – Semarang,” jelas Ganjar.
Hal lain yang juga disoroti Ganjar dalam kaitannya sektor trasnportasi adalah sarana utama yaitu jalan raya. Ia mencatat ada 18.000 lubang tersebar dalam jalan raya nasional di Jawa Tengah. Lubang-lubang tersebut tak jarang menyebabkan kecelakaan hingga menimbulkan korban jiwa. “Perbaikan menggunakan konsep bertahap dikerjakan dari ruas ke ruas jalan lainnya,” tutur Ganjar.
Dari semua upaya untuk mencapai target pengembangan tata ruang, imbuh Ganjar, harus juga dilakukan penataan perilaku birokrasi. Perilaku pegawai dalam birokrasi akan memengaruhi kinerja dalam pelaksanaan berbagai pekerjaan. Parameter kinerja yang baik, menurut Ganjar, adalah mudah, murah, dan cepat. “Selain tiga hal itu, pegawai harus bekerja dengan akuntabel dan transparan,” tegas Ganjar. (Humas UGM/Catur)