Cendekiawan dari seluruh dunia diharapkan mampu menjalin kerja sama lebih erat dalam isu pembangunan berkelanjutan terlebih setelah kalangan politisi dinilai tidak mampu mengambil peran itu.
Demikian disampaikann Prof Dr Hans van Ginkel, mantan Rektor Universitas PBB, Tokyo, Jepang, Senin (29/10) saat Open Lecture di Balai Senat UGM. Dalam kesempatan tersebut Hans menyampaikan kuliah tentang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Menurut Hans, agenda pertemuan internasional mengenai isu perubahan cuaca dan pembangunan berkelanjutan telah berlangsung sejak pertemuan Stockhlom, Swedia tahun 1972. Hal itu menunjukkan, bahwa dunia telah mendiskusikan isu ini selama 35 tahun. Namun, belum memperoleh agenda yang jelas, apa yang harus dilakukan masing-masing negara untuk mengambil peran dalam mencegah kerusakan bumi. Ini berarti kalangan politisi tidak mampu mengatasi masalah tersebut.
Selain dalam rangkaian Research Week UGM, kedatangan Hans ke Yogyakarta juga berkaitan dengan upaya Universitas PBB untuk menggalang kepedulian kalangan perguruan tinggi di seluruh dunia agar lebih peduli terhadap isu-isu pemanasan global, bencana dan upaya penanggulangannya. Kalangan cendekiawan dinilai lebih bisa diharapkan, karena terbebas dari persoalan politik. Selama ini, kata Hans, politik merupakan persoalan besar yang membuat komitmen negara-negara di dunia sulit disatukan dalam menghadapi isu ini.
“Tantangan berat kita berada di tangan para cendekiawan. Harus disusun sebuah agenda yang menjadi pedoman bagi generasi mendatang untuk memperlambat kerusakan bumi melalui pembangunan yang berkelanjutan,†kata Hans.
Hans menekankan, generasi mendatang tidak bisa dilarang untuk melakukan apa yang sudah dilakukan oleh kita saat ini. Yang harus ditekankan para mereka adalah agar semua dilakukan dengan cara yang lebih baik. Cara yang lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan pedoman demi pembangunan yang berkelanjutan.
“Kita bisa mengurangi pengunaan energi, bahan mentah, dan produksi sampah tanpa membuat masyarakat menjadi ketakutan. Generasi baru harus ditantang untuk melakukan semua dengan cara baru yang lebih berkesinambungan,â€Katanya.
Dalam acara yang dibuka Ketua MGB UGM ini, staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup, Agus Purnomo MM MBA sependapat dengan Hans, bahwa setiap negara harus menyiapkan generasi penerus yang lebih peka terhadap isu lingkungan. Karena itu, menurutnya Indonesia perlu membuat pedoman yang mengidentifikasi setiap masalah di masing-masing sektor.
“Kita harus mengidentifikasi sejumlah sektor kunci di Indonesia , misalnya kehutanan, energi, transportasi, sehingga kemudian generasi mendatang bisa merancang tindakan yang dibutuhkan berkaitan dengan isu ini,†katanya.
Sementara itu, pakar penanggulangan bencana dari UGM Dr Sudibyakto MS mengatakan, peningkatan pemahaman dan kemampuan di setiap kelompok masyarakat mutlak dilakukan. Sudibyakto menilai, upaya ini menjadi kunci dalam mengurangi dampak bencana alam yang tidak bisa dihindari.
“Pemerintah lokal, para ahli dan komunitas lokal harus bersatu dalam persoalan ini untuk meningkatkan kemampuan dalam mengurangi resiko bencana,†kata Sudibyakto. (Humas UGM)