Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM bekerja sama dengan Mission of Japan to ASEAN menyelenggarakan kegiatan seminar internasional dengan tema Strengthening Japan and ASEAN Relations on the Ocassion of the ASEAN 50th Anniversary, Rabu (29/3) di Perpustakaan Pusat UGM. Acara yang diselenggarakan dalam rangka peringatan 50 tahun ASEAN ini menjadi momen untuk menilik kembali peran serta relasi negara-negara kawasan Asia Tenggara dengan negara-negara di luar ASEAN.
“Kegiatan ini merupakan wujud komitmen PSSAT UGM dalam mengembangkan kajian mengenai Asia Tenggara dan hubungannya dengan negara lain di luar kawasan. Dalam kegiatan ini, PSSAT UGM memberikan kajian khusus mengenai penguatan hubungan antara Jepang dan ASEAN dalam perspektif sosial,” ujar Kepala PSSAT, Dr.phil.Hermin Indah Wahyuni, saat membuka seminar ini.
Lebih lanjut Hermin menjelaskan, selain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu-isu yang terjadi di ASEAN, seminar ini juga diharapkan dapat semakin meningkatkan relasi people to people antara Jepang dan Indonesia.
“Seminar ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi ASEAN dan Jepang untuk dapat melakukan kerja sama lebih lanjut yang dapat memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia dan ASEAN,” kata Hermin.
Kegiatan yang diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai latar belakang ini menghadirkan Duta Besar Jepang untuk ASEAN, H.E. Kazuo Sunaga, sebagai narasumber. Sebelum menyampaikan materi yang ia persiapkan, ia terlebih dahulu menyampaikan apresiasinya atas perhatian yang besar dari UGM dan masyarakat Indonesia akan pentingnya relasi antara Indonesia dan Jepang.
“ASEAN memiliki arti yang sangat penting bagi Jepang, dan Indonesia juga adalah salah satu negara yang penting bagi Jepang. Karena itu, saya sangat senang dapat berbicara mengenai relasi Jepang dengan ASEAN dan Indonesia,” ujar Kazuo dalam sambutannya.
Dalam kesempatan ini, ia memberikan pemaparan mengenai latar belakang terbentuknya kerja sama ASEAN dan Jepang sekaligus kerja sama yang telah dilakukan antara kedua wilayah tersebut. Relasi antara ASEAN dan Jepang, jelasnya, dimulai dengan pendirian Forum on Synthetic Rubber pada tahun 1973 atau tujuh tahun pasca terbentuknya ASEAN.
Sejak kerja sama awal tersebut, relasi diantara kedua pihak semakin meningkat dan meluas ke ranah bidang-bidang yang lain, termasuk dengan pembentukan ASEAN Community pada tahun 2015. Keseriusan Jepang dalam membangun relasi dengan ASEAN pun ditunjukkan dengan penetapan lima prinsip diplomasi ASEAN oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, yang diantaranya mencakup usaha untuk bersama-sama melindungi serta mempromosikan nilai demokrasi dan HAM, meningkatkan perdagangan dan investasi, serta melakukan pertukaran pelajar.
“Perdana Menteri Abe mengumumkan lima prinsip diplomasi Jepang terhadap ASEAN ketika dia secara resmi mengunjungi beberapa negara Asia Tenggara dan memberikan presentasi di Indonesia pada Januari 2013,” papar Kazuo.
Selain itu, materi juga disampaikan oleh dua pembicara lainnya, yaitu dosen Departemen Hubungan Internasional UGM, Muhammad Rum, serta peneliti PSSAT UGM, Prof. Tri Widodo, Ph.D. Usai pemaparan yang disampaikan oleh Kazuo terkait perkembangan relasi Jepang-ASEAN hingga saat ini, Tri Widodo melanjutkan seminar dengan presentasi terkait ruang peningkatan kerja sama ekonomi yang dapat dilakukan antara ASEAN dan Jepang di masa mendatang. Sementara itu, Muhammad Rum memberikan presentasi mengenai efek Benelux dengan adanya kerja sama ASEAN-Jepang dalam perspektif politik keamanan regional. (Humas UGM/Gloria)