Sebanyak 26 mahasiswa UGM melaksanakan kegiatan program pemberdayaan pada masyarakat di daerah pedukuhan Grogol, Prangtritis, Kretek, Bantul. Kegiatan pengabdian tersebut meliputi pemberdayaan petani peternak, pengembangan pariwisata gumuk pasir dan pemanfaatan limbah kotoran ternak untuk disulap menjadi energi biogas. Kegiatan yang sudah dilakukan selama satu bulan terakhir ini, ternyata menarik minat empat mahasiswa asing dari University of Sidney, Australia, untuk berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan tersebut. “Kegiatan ini sangat bagus,” kata Miryam, mahasiwsa asing yang ditemui di lokasi kandang ternak ‘Makaryo’ di Dusun Grogol IX, Desa Parangtritis, Kretek, Bantul, Senin (11/4).
Miryam mengaku sangat senang karena diajak ikut kegiatan program pengabdian kepada masyrakat yang dilakukan mahasiswa UGM tersebut. Menurutnya, program ini tidak didapatkan di kampusnya. Lebih-lebih, bisa turun langsung dan berinteraksi dengan masyarakat serta mencari solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi. “Ini pengalaman yang sangat berharga bagi saya, sangat menginsipirasi. Saya ingin menginformasikan pada teman-teman saya nantinya terhadap apa yang kami sudah dapatkan di sini,” katanya.
Miryam bersama dengan dua orang rekannya diajak untuk meninjau lokasi kandang sapi lalu berkunjung daerah gumuk pasir yang dikembangakan mahasiswa sebagai salah satu objek wisata di Parangtritis. Pengembangan gumuk pasir sebagai daerah pariwisata tidaklah mudah karena masih ada sebagian masyarakat yang masih memanfaatkan pasir pantai sebagai bahan galian.
Kamri Hadi, Kepala Dukuh Grogol IX, menyampaikan apresiasi karena mahasiswa yang telah melaksanakan program kuliah kerja nyata di kampungnya. “Apa yang sudah dilakukan ini sangat bermanfaat terutama pembuatan formula pakan untuk sapi, pakan ikan lele, dan pengembangan gumuk pasir sebagai lokasi objek wisata,” katanya.
Suripto, 72 tahun, anggota kelompok ternak ‘Makaryo’ menuturkan ia bersama dengan peternak lainnya rata-rata memiliki 2-3 ekor sapi yang dititipkan di kandang milik bersama tersebut. Selama ini, pakan sapi hanya mengandalkan hijauan. Namun, sejak kedatangan mahasiswa KKN PPM dibuat formulasi pakan tambahan untuk pemenuhan gizi sapi dan membantu menjaga kebersihan kandang ternak agar terhindar dari sumber penyakit. “Kita melakukan desinfeksi kandang, pengolahan kotoran ternak jadi biogas dan membuatkan pakan ternak tambahan,” kata Apriliana Putri, anggota mahasiwsa KKN PPM UGM.
Mahasiswa dari Fakultas Peternakan ini menuturkan mereka sengaja mencarikan sumber pakan alami yang mudah didapat dan relatif murah. “Kita membuat pakan ternak organik menggunakan bahan dari jahe, ikan lele, tulang ikan, kulit telur, gula aren dan jantung pisang,” katanya.
Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai pengganti sumber natrium dan kalsium phospat pada sapi. Bahkan, formula pakan ternak ini, menurut April, demikian ia akrab disapa, juga digunakan untuk pakan ikan lele yang juga dibudidayakan oleh masyarakat sekitar.
Terkait kunjungan mahasiwa asing dalam kegiatan mahasiswa KKN PPM UGM ini, Dosen Pembimbing Lapangan, drh. Woro Danur Wendo, mengatakan kegiatan KKN PPM UGM saat ini banyak dilirik oleh negara lain dengan mengirim mahasiswanya ikut bergabung, “Mereka umumnya ingin tahu lebih banyak dari kegiatan mahasiswa di masyarakat,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)