Meraih keberhasilan di dunia kerja tentu menjadi impian semua orang. Namun, untuk menggapai keberhasilan bukanlah hal yang mudah. Tidak cukup dengan penguasaan dalam aspek hard skill, namun soft skil memiliki memengaruhi cukup besar dalam menentukan keberhasilan di dunia kerja.
“Ijazah atau sertifikat saja tidak akan berbunyi apa-apa kalau tidak didukung dengan kemampuan soft skill yang baik,”tandas Staf Ahli Bidang Manajemen Kementrian Luar Negeri, Wajid Fauzi, saat memberikan pembekalan kepada calon wisudawan program pascasarjana UGM di Grha Sabha Pramana, Selasa (18/4).
Wajid mengatakan setidaknya terdapat 7 soft skill yang perlu dikuasai dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Salah satu poin yang diharapkan dunia kerja adalah memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan pendapat maupun menyerap perintah yang dikomunikasikan atasan. Selain itu, memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, bisa bekerjasama dalam tim, mempunyai kemauan untuk terus belajar dan mengambil informasi terbaik bagi perusahaan, serta memiliki kemampuan memimpin.
“Memiliki etika kerja yang baik pula tentunya. Sementara bagi yang belum berminat masuk ke perusahaan perlu menguasai kemampuan wirausaha yang baik,”imbuh alumnus Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik ini .
Apabila poin-poin tersebut bisa dikuasai, dikatakan Wajid, akan semakin memperlebar pintu kesuksesan dalam berkarier. Pasalnya, kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dan diri sendiri yang baik memiliki pengaruh besar dalam mendukung kesuksesan selain penguasaan ilmu pengetahuan.
“Kalau tujuh poin ini dimiliki bisa mendukung ijazah dan kesuksesan dalam berkarier,” ucapnya.
Sementara itu, Aulia Wijiasih, aktivitis bidang pendidikan dan lingkungan, di hadapan sekitar 1.400 calon wisudawan mengungkapkan pengalamannya bergerak melakukan edukasi tentang lingkungan. Dia giat menyerukan pentingnya pendidikan lingkungan karena minimnya perhatian terhadap lingkungan. Sementara Indonesia di hadapkan pada berbagai persoalan lingkungan seperti penggundulan hutan dan kebakaran hutan.
“Salah satu alasan berkiprah di bidang ini karena literasi lingkungan masyarakat rendah,”ungkap alumnus Departemen Ilmu Komunikasi.
Tergabung dalam tim di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan Nasional, pada tahun 2005 silam peraih penghargaan Compass Educator of The Year 2013 dalam AtKisson award for Sustainable Development Education ini ikut menggagas pengembangan program Adiwiyata. Program ini mendorong kesadaran warga sekolah untuk melestarikan lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.
“Lulusan UGM bisa menjadi apa saja dan diharapkan dapat ikut mengambil peran dalam upaya pendidikan lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” tuturnya. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)