Universitas Gadjah Mada mewisuda 1.420 lulusan pascasarjana, terdiri atas 1.287 master, 73 spesialis, dan 60 doktor. Lama studi rata-rata wisuda periode ini adalah 2 tahun 11 bulan untuk program S2, 4 tahun 1 bulan untuk Spesialis, dan 5 tahun 11 bulan untuk jenjang Doktor. Waktu studi tersingkat jenjang S2 diraih oleh Yos Adi Prakoso dari Prodi Sain Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, yakni 1 tahun. Untuk jenjang Spesialis, waktu tercepat diraih Evy Tri Utami dari Program Studi Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi dengan waktu 2 tahun 5 bulan. Sedangkan pada jenjang S3, diraih Ida Ketut Mudhita Mahosadi dari Program Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, mencatat waktu 3 tahun 5 bulan.
Lulusan termuda untuk program magister diraih Kukuh Daud Pribadi dari prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, yang lulus pada usia 22 tahun 2 bulan 14 hari. Program spesialis, usia termuda diraih Putu Mariati Kaman Dewi dari Prodi Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, yang berhasil meraih gelar spesialis pada usia 27 tahun 20 hari. Sedangkan usia termuda untuk program doktor diraih Siti Wahyuni dari Prodi Ilmu Fisika, FMIPA, yang meraih doktor pada usia 35 tahun 12 hari.
Jumlah wisudawan S2 reguler yang berpredikat cumlaude pada wisuda periode ini adalah 172 orang atau 13,36% dari semua lulusan S2. Untuk program doktor sebanyak 6 orang atau 10 persen. Adapun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata lulusan S2 adalah 3,54, lalu spesialis 3,6 dan doktor 3,71.
Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam pidato sambutannya menyampaikan ucapan selamat pada para wisudawan yang berhasil menyelesaikan pendidikan pascasarjana di UGM. Dalam kesempatan itu, Rektor menyinggung tentang peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April ini. Menurutnya, peringatan Hari Kartini bukanlah acara ritual tahunan, namun upaya kita merefleksikan diri tentang kemajuan pembangunan dan peran perempuan Indonesia di dalamnya.“Kita bisa merefleksikan diri dan mengevaluasi kemajuan pembangunan SDM di Indonesia, khususnya kualitas perempuan,” katanya.
Dikatakan Rektor, sosok Kartini yang lahir di akhir abad ke-19 merupakan simbol dari kepeloporan sosok perempuan muda di masanya dalam mewujudkan perubahan. Lahir sebagai wanita muda, masih remaja, waktu itu peradaban merupakan peradaban feodal di bawah kolonial, namun ia berani untuk mendobrak untuk membangun peradaban baru abad ke -20. “Visinya melampaui masanya ketika itu, berusaha mewujudkan emansipasi perempuan,” kata Rektor perempuan pertama di UGM ini.
Meskipun cita-cita Kartini untuk melanjutkan studinya ke Belanda kandas, namun Kartini tetap melanjutkan perjuangannya dengan mendirikan sekolah bagi anak-anak perempuan. Bahkan, Kartini juga melakukan korespondensi dengan sahabatnya yang tinggal di Belanda yang tidak lain adalah negara kolonial penjajah bangsanya. Apa yang dilakukan Kartini tersebut, kata Rektor, patut diteladani dan bisa menjadi inspirasi anak-anak muda saat ini untuk berani menjadi pelopor, berani menghadapi risiko, dan melakukan perubahan di masyarakat. “Bayangkan dua abad yang lalu, Kartini sudah melakukan internasionalisasi lewat korespondensi,” katanya.
Meski demikian, kata Rektor, perjuangan Kartini untuk memajukan perempuan di negerinya belum pernah usai. Saat ini perempuan masih menghadapi ketidakadilan gender. “Data UNDP, kualitas sdm perempuan kita masih memprihatinkan, masih di bawah Vietnam dan Myanmar,” katanya.
Di hadapan para wisudawan, Rektor berharap agar wisudawan yang kembali mengabdikan diri ke tempat asalnya agar ikut berkontribusi dalam program pemberdayaan perempuan lewat berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur.
Dawam Suprayogi, salah satu wakil wisudawan dari Fakultas Biologi , mengatakan dirinya merupakan salah satu putra daerah dari kawasan terpencil yang mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S2 di UGM. Ilmu yang didapatnya selama menempuh kuliah di UGM akan didarmabaktikan di daerah asalnya. “Bagi saya ini anugerah bagi bisa kuliah di kampus ini. Apa yang telah saya dapatkan selama ini akan kami gunakan untuk membangun daerah asal dan memberi semangat para putra-putri untuk terus semangat belajar dan berkarya,” pungkasnya.(Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Firsto)