Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah mengubah struktur sosial dan ekonomi di tengah masyarakat. Hal tersebut menimbulkan dinamika luar biasa dalam berbagai sektor.
Terkait hal tersebut, UGM sebagai universitas terkemuka mengemban tanggung jawab yang tidak ringan yaitu menghasilkan lulusan yang selalu siap mengikuti perkembangan dinamika. Oleh sebab itu, UGM berharap sinergi yang kuat dengan para mitra perusahaan/ instansi agar pembelajaran di UGM senantiasa mengikuti tuntutan zaman.
Menurut Sekretaris Ekselutif UGM, Drs. Gugup Kismono, M.B.A., Ph.D., di tengah peran memproduksi ilmu pengetahuan maka peran UGM tidak akan lengkap jika tidak mampu melahirkan lulusan-lulusan yang baik. Hal tersebut tentu menjadi tantangan UGM dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif dan global.
“UGM sebenarnya sudah cukup lama menghadapi tantangan yang serius yaitu upaya melahirkan lulusan-lulusan terbaik untuk menyokong bangsa agar lebih kompetitif dalam percaturan global,” katanya di Jogjakarta Room, Hotel Santika Yogyakarta, Rabu (26/4) saat membuka Workshop dan Focus Group Discussion: Graduate Employability.
Gugup mengatakan akibat lulusan yang tidak komunikatif menjadi alasan kenapa UGM pada akhirnya kalah dalam graduate emploibility survei dengan ITB dan UI. Sementara itu, komunikasi menjadi salah satu karakter penting yang dicari banyak perusahaan.
“Sebanyak 86 persen perusahaan menyatakan komunikasi menjadi hal yang utama. Disusul penguasaan soft skill terutama team work dan selanjutnya internasional experience. Itulah yang menjadi tantangan-tantangan kita ke depan,” katanya.
Keberhasilan memenangkan beberapa Pilkada, kata Gugup, menyebabkan lulusan UGM kembali menjadi banyak perbincangan. Fenomena ini menjadi renungan mendalam bagi UGM karena mereka yang dulu menjadi aktivis pada akhirnya memiliki political skill dan comunication skill yang baik.
“Ini tentu menjadi kajian dan renungan mendalam karena lulusan dalam jangka pendek dinilai tidak kompetitif dan kurang komunikatif, namun jangka panjang bisa diandalkan. Lulusan cenderung berhati-hati dan mendasarkan pada alasan-alasan logis yang diperoleh dari bangku kuliah. Saat ini kita berada di lingkungan industri global, sekali lagi ini tentu menjadi tantangan tersendiri,” imbuhnya.
Workshop dan Focus Group Discussion: Graduate Employability digelar Kantor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM. Kegiatan berlangsung selama dua hari, 26-27 April 2017 dengan mengangkat dua tema, yaitu tema relevansi kualitas lulusan terhadap kebutuhan pasar kerja dan tema kemitraan untuk penguatan pengembangan IPTEKS dan penyebarluasan inovasi perguruan tinggi.
Yoga Sadana dari PT. Siger Jaya Abadi menyatakan perusahaan sebenarnya tidak menuntut kualifikasi tinggi. Yang terpenting para lulusan perguruan tinggi memiliki kemauan untuk belajar.
“Karena saya meyakini tidak ada lulusan perguruan tinggi yang siap kerja. Selama mau belajar, semua bisa diajarkan,” katanya.
Ir. Ketut Muwaranata dari PT. Danone berharap lulusan perguruan tinggi memiliki functional skill, leadership, dan technical skill. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat diharapkan untuk kemajuan perusahaan.
“Leadership skill terutama, bagaimana bisa menggerakkan tim. Makanya, lulusan perguruan tinggi harus menjadi role model bagi orang lain karena diharapkan mampu memberdayakan dalam mengatasi masalah,” terangnya. (Humas UGM/ Agung)