Kiprah UGM di tingkat dunia kembali diakui. Kali ini, tim riset UGM untuk Security and Resiliency, yaitu Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. (Rektor UGM), Dr. Teuku Faisal Fathani dan Dr. Wahyu Wilopo, didukung oleh Nyoman Supriatna (Deputi Riset Badan Standardisasi Nasional/BSN) dan Lilik Kurniawan (Direktur PRB BNPB), telah berhasil mengawal salah satu karya riset UGM “Community-based Landslide Early Warning System” untuk diproses lanjut sebagai ISO 22327. Keberhasilan ini terlaksana pada sidang ISO/TC 292 di Jeju, Korea Selatan, 24-28 April 2017.
“Karya tersebut merupakan karya Developing Country yang pertama sepanjang sejarah dan berhasil menembus sistem standardisasi internasional melalui ISO untuk menjadi rujukan dunia, khususnya di bidang Security and Resiliency di kawasan rawan longsor,”kata Dwikorita, Senin (1/5).
Ia menjelaskan sistem yang dikembangkan oleh UGM ini oleh dunia dipandang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan Security and Resiliency (Keselamatan dan Ketangguhan) di kawasan rawan longsor dengan kondisi sosial masyarakat yang kompleks.
Sistem ini terdiri dari 7 sub sistem yang secara garis besar meliputi: Risk Assessment (penilaian risiko), Disemination of Knowledge (penyebarluasan pengetahuan tentang mitigasi bencana longsor dan cara mencegah ataupun merespons dengan tepat), Establishment Disaster Preparedness and Response Team (penetapan tim kesiapsiagaan dan tanggap darurat), Development of Evacuation Route and Map (pengembangan rute dan peta evakuasi), Development of Standard Operational Prosedur (pengembangan SOP untuk kedaruratan), Monitoring, Early Warning and Evacuation Drill (pemantauan, peringatan dini dan gladi evakuasi) dan Commitment of the Local Government and Community on the operation and maintenance of the whole system (komitmen pemerintah dan masyarakat setempat untuk pengoperasian dan pemeliharaan seluruh sistem).
“Keandalan sistem ini telah diaplikasikan di 25 propinsi di Indonesia, bahkan Cina dan Myanmar. Selain itu, telah teruji dalam beberapa kali upaya penyelamatan warga di beberapa desa atau kawasan rawan longsor karena sistem tersebut merupakan Hybrid Socio-Technical system yang mengintegrasikan antara sistem teknis dan sistem sosial-budaya dan diperkuat oleh Technical and Human Sensor (Ilmu Titen),”urai Dwikorita.
Dengan diprosesnya “Community-based Landslide Early Warning System” karya UGM ini sebagai ISO 22327, menurut Dwikorita, maka Indonesia telah berhasil memperkokoh peran dan posisinya sebagai negara rujukan dunia di bidang teknologi mitigasi terhadap bencana longsor.
Posisi ini sangat strategis untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga Indonesia patut menjadi negara industri teknologi mitigasi bencana yang sejajar dengan negara-negara industri teknologi kebencanaan lainnya, seperti Jepang, China, dan Amerika. (Humas UGM/Satria)