Minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah. Data UNESCO tahun 2012 menunjukkan minta baca Indonesia berada pada angka 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca.
Data World’s Most Literate Nations tahun 2016 mencatat bahwa daya literasi Indonesia menempati posisi 60 dari 61 negara. Berada satu tingkat di atas Botswana dan kalah beberapa tingkat dari sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, serta Thailand.
Kondisi tersebut menggerakkan sejumlah mahasiswa Fakultas Psikologi UGM mengembangkan terobosan baru untuk menumbuhkan minta baca pada anak. Mereka adalah Sukmo Bayu Suryo Buwono, Ryzki Amelia, Muhammad Abdul Fikri, Hanggara Tri J, serta Nava Noorita.
Kelima mahasiswa muda ini membuat buku cerita anak yang dilengkapi dengan alat permainan edukatif berupa boneka papercraft. Buku dengan brand Archetales ini dibuat dengan segmen untuk anak dengan rentang usia 7 hingga 11 tahun.
Ketua pengembang Archetales, Sukmo Bayu Suryo Buwono, menyebutkan rendahnya minat baca di Indonesia salah satunya dikarenakan masih tingginya budaya menonton masyarakat Idonesia. Data BPS tahun 2006 menyebutkan bahwa televisi masih menjadi media utama dalam pencarian informasi bagi masyarakat yaitu sebesar 70 %, diikuti radio sebesar 40%, dan buku 20%.
“Yang menjadi masalah masyarakat kita tidak memiliki budaya literasi yang baik. Budaya menonton masyarakat Indonesia tinggi sehingga melemahkan minat membaca dan menulis anak Indonesia,” urai Suryo, sapaan akrab Sukmo Bayu Suryo Buwono, Jumat (5/5) di Kampus UGM.
Melalui buku yang mereka buat diharapkan mampu meningkatkan minat baca anak. Buku ini dilengkapi dengan boneka papercraft untuk menarik perhatian anak.
“Dari beberapa penelitian diketahui buku kurang menarik minat baca anak karena tidak ada interaksi sehingga kami tambahkan boneka papercraft agar ada interaksi dengan anak. Ada 20 karakter tokoh yang kami kembangkan,”ujarnya.
Ryzki Amelia menambahkan saat ini mereka baru mengembangkan satu cerita yakni Petualangan Baros Mencari Harta Karun. Kisah ini merupakan cerita rakyat yang melegenda dari daerah Barus, Kaupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Petualangan Baros menceritakan tentang petualangan seorang pemuda asal Barus yang mencari harta karun hingga ke Mesir.
“Dalam cerita ini mengajarkan tentang nilai-nilai kerja keras, pantang menyerah, dan menghargai perbedaan,”tuturnya
Buku cerita buatan mahasiswa UGM ini akan segera dirilis pada 7 Mei 2017. Bagi Anda yang berminat dapat memesannya melalui instagram/IG: bukusahabatbermain dan Whatsapp: 087839110160. Buku ini dibanderol dengan harga Rp55 ribu. Dijual secara terpisah dengan boneka paper craft yang dijual seharag Rp15 ribu per karakter tokoh.
“Untuk 60 pembeli pertama kami berikan bonus 2 boneka papercraft,”terangnya.
Hadirnya buku cerita yang dilengkapi dengan alat permainan edukatif ini diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat baca pada anak. Dengan demikian, bisa berkontribusi dalam meningkatkan minat baca nasional. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto).