Dua staf pengajar dari Nagoya University, Japan, yaitu Prof. Shogo Matsumoto dan Dr. Yasushi Yoshioka berkunjung ke Fakultas Biologi UGM pada 8-14 Mei 2017. Selain untuk mempererat kerja sama di bidang penelitian, kunjungan dua ahli biologi molekular perkembangan tumbuhan dan bioteknologi tanaman dari Nagoya University, Japan, ini juga memberikan kuliah umum dengan tema Dasar Molekular perkembangan sistem reproduksi tanaman hortikultura dan Rekayasa genetika tanaman dengan teknik Genome editing dengan metode CRISPR/Cas 9.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni, Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc., mengatakan Fakultas Biologi bersyukur atas kunjungan dua pakar tersebut karena berkesempatan berdiskusi tentang biologi molekular dan bioteknologi
“Kolaborasi Fakultas Biologi UGM dengan Nagoya University sebenarnya telah dirintis lama, yaitu telah dimulai semenjak Dr. Endang Semiarti studi lanjut S2/S3 bidang Genetika Molekular Tumbuhan di Nagoya pada tahun 1995 yang lalu. Setelah beliau lulus kerja sama tersebut terus dipelihara sampai sekarang sehingga kolaborasi tersebut telah berjalan lebih dari 10 tahun,” kata Eko Agus Suyono, di Fakultas Biologi UGM, Jumat (12/5) lalu.
Eko Agus Suyono mengatakan di bawah payung MoU kerja sama antara UGM dan NU yang telah ditandatangani oleh Rektor UGM dan Presiden NU pada 20 Juni 1995, telah banyak mahasiswa S1, S2 dan S3 UGM kuliah di Nagoya University. Demikian juga sebaliknya, banyak mahasiswa-mahasiswa Nagoya University kuliah di UGM.
“Dalam perkembangannya tidak hanya mahasiswa, namun juga staf pengajar. Beberapa kali UGM mendapat kesempatan untuk para dosen studi di Jepang. Demikian juga dosen-dosen NU ke UGM, seperti acara hari ini mereka memberikan General Lecture”, katanya.
Dalam bidang biologi molekular, kata Eko Agus Suyono, kerja sama dengan Nagoya University selama ini fokus pada tanaman Anggrek, dan pada tahun ini kerja sama tim peneliti UGM (Dr. Endang Semiarti dengan tim Bioteknologi Anggrek) dan tim peneliti NU (Dr. Yasushi Yoshioka dengan tim Biologi Molekular Tanaman) mendapatkan hibah dari Japan Society for Promoting Science-Bilateral Joint Research Program (JSPS-BJRP) 2017 tentang Pemantapan Metode Baru untuk Pemuliaan Tanaman Anggrek dengan Sistem Genome editing menggunakan CRISPR/Cas 9.
Menurut Eko Agus, dua pakar dari Nagoya University tersebut akan bekerja bersama-sama dengan tim UGM untuk menemukan sifat-sifat baru yang menarik dan lebih menguntungkan pada anggrek sebagai tanaman hias yang sangat populer di Indonesia, dengan pendekatan biologi molekular.
Endang Semiarti menambahkan bahwa kuliah umum yang disampaikan terutama adalah mekanisme dasar perkembangan tanaman dibahas dari aspek biologi molekular, genetika dan hortikultura, yaitu mekanisme pembentukan warna pada kulit buah apel oleh Prof. Matsumoto, yang menunjukkan bahwa keberhasilan persilangan bunga apel hingga terbentuk buah tergantung pada kesesuaian interaksi antar gen reproduktif S1-S9 yang dibawa oleh polen dengan protein reseptor pada ovarium dan sel telur, termasuk penentuan warna buah apel yang sangat bervariasi. Sedangkan Dr. Yoshioka menyampaikan materi tentang penggunaan metode CRISPR/Cas 9 [Clustered regularly interspaced short palindromic repeats (CRISPRs) and CRISPR-associated (Cas) proteins] sebagai teknik baru yang sangat efektif untuk mengedit genom tanaman sehingga mendapatkan mutan dengan sifat-sifat baru yang diinginkan, misalnya tanaman cepat berbunga, daun variegata dan lain sebagainya. Hal ini akan sangat menguntungkan mengingat kesulitan yang dihadapi oleh para petani anggrek dalam produksi bunga adalah lamanya fase vegetatif yang panjang dan produksi bibit yang seragam dalam jumlah besar (massal). Harapannya aplikasi teknik biologi molekular tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang menguntungkan, misalnya tanaman cepat berbunga, produksi bibit secara massal dan identik dengan induknya, baik pada anggrek maupun berbagai tanaman lainnya.
“Jadi kunjungan kedua staff NU kali ini selain untuk kerja sama penelitian pengembangan dan pemuliaan Anggrek, kedepan juga diharapkan dapat dilanjutkan dengan pengembangan dan pemuliaan tanaman-hortikultura penting yang lain. Jadi, kerja sama UGM-NU di Fakultas Biologi UGM dimulai dari Anggrek, selanjutnya akan dikembangkan lebih luas untuk tanaman lainnya,”papar Eko. (Humas UGM; foto: Agung)