Data Kementerian Sosial RI menyebutkan ada sekitar 5.000 sampai 8.000 panti asuhan di Indonesia, dan hanya 1 persen yang diselenggarakan oleh pemerintah. Untuk menunjang finansial operasional panti, tidak ada solusi terbaik kecuali memberdayakan anak asuh panti sendiri untuk menghasilkan suatu produk atau karya. Hal ini seperti yang dilakukan di Panti Asuhan Berkebutuhan Khusus Bina Siwi yang beralamat di Kompleks Balai Desa Sendangsari, Pajangan, Bantul.
Panti ini dihuni 38 anak asuh, sebanyak 34 anak menyandang tunagrahita, 2 anak tunadaksa, 1 tunarunguwicara, serta 1 tunanetra dan diasuh oleh 9 volunteer. Karena desakan kesulitan dana operasional untuk kebutuhan, mereka pun memutar otak dan akhirnya mampu berkarya menghasilkan berbagai macam produk, seperti batik, sandal hotel, boneka, dan aneka kerajinan lainnya. Sayangnya, mereka masih mengalami kesulitan dalam bidang manajerial produksi dan pemasaran agar produk-produk mereka dapat diterima oleh masyarakat luas.
Adalah Anita Rahmawati, Bagas Sabda Dewantara, Ghoniyah Indah Mutiara, Norma Yuniar, dan Thariq Surya Gumelar, yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) mencari solusi dalam upaya mewujudkan kemandirian panti asuhan secara finansial. Kelima mahasiswa UGM tersebut merancang suatu sistem berupa kolaborasi berbagai materi edukasi yang ditujukan untuk pengelolaan panti.
Kelimanya menginisiasi suatu program edukasi bertajuk EMANSIPASI, yaitu Edukasi Kemandirian Finansial bagi Panti Asuhan Berkebutuhan Khusus Bina Siwi. Adapun materi yang diberikan meliputi edukasi public relation yang dibutuhkan pengelola untuk melayani tamu panti yang datang. Kemudian edukasi pengemasan untuk menentukan kemasan yang tepat bagi produk yang dihasilkan agar meningkatkan nilai jual.
“Ada juga materi edukasi promosi dan pemasaran guna membekali pengelola agar dapat mempromosikan serta memasarkan produknya dengan cara menarik serta pembukuan dan manajemen keuangan agar pengelola dapat melakukan pembukuan keuangan panti dengan rapi,” ujar Anita Rahmawati, di kampus UGM, Kamis (18/5).
Anita Rahmawati menuturkan berdirinya PKM-M EMANSIPASI berawal dari pengalaman saat melakukan bakti sosial ke beberapa panti asuhan yang ada di DIY dan Jawa Tengah. Di sana ditemukan fakta masih banyak panti asuhan yang belum layak di DIY dan Jawa Tengah, baik dari segi sarana penunjang maupun kemandirian finansial.
Beberapa panti asuhan mengeluh kesulitan di bidang finansial karena tidak memiliki donatur tetap, sementara bantuan dari pemerintah hanya sekali dalam setahun. Di sisi lain, setiap hari mereka harus mencukupi kebutuhan puluhan anak asuh.
“Fakta inilah yang mendorong lima mahasiswa UGM membuat suatu program edukasi bertajuk EMANSIPASI – Edukasi Kemandirian Finansial bagi Panti Asuhan Berkebutuhan Khusus Bina Siwi,” ujarnya.
Dibimbing dosen Ammik Kisriyani, S.Psi., M.A, Tim EMANSIPASI melakukan simulasi berdasarkan modul dan video edukasi yang telah dibuat untuk memudahkan penyampaian materi edukasi. Sasaran program memang ditujukan kepada pengelola dengan harapan sistem yang dibuat tim EMANSIPASI dapat berlanjut dan disalurkan kepada anak-anak asuh panti asuhan.
Thariq Surya Gumelar menambahkan edukasi yang dilakukan Tim EMANSIPASI UGM mendapat sambutan baik dari pengelola Panti Asuhan Bina Siwi. Bahkan, Panti Asuhan Bina Siwi mengakui materi edukasi yang diberikan menjawab kebutuhan pengelola yang nantinya diharapkan dapat mengelola panti dengan lebih baik, rapi, dan mandiri.
“Langkah selanjutnya, kami berharap program edukasi ini dapat diimplementasikan di berbagai panti asuhan yang ada. Tidak hanya di Panti Asuhan Bina Siwi, semoga sistem, modul, serta video edukasi bisa kami implementasikan di banyak panti asuhan sehingga dapat membantu pengelola mewujudkan Panti Asuhan yang mandiri secara finansial,” ucap Thariq. (Humas UGM/ Agung-Gusti)