Jiwa entrepreneur merupakan salah satu bekal untuk meningkatkan produktifitas SDM yang kelak dapat membangun ekonomi berdikari. Hal itulah yang coba dikembangkan oleh sekolompok mahasiswa UGM dengan membentuk Kampungpreneur Digital. Kelompok beranggotakan oleh Hasbiyansyah (Sekolah Vokasi), Destri Karlina (Sekolah Vokasi), Tabiah (Sekolah Vokasi), Muhammad Yusuf N. P. (Sekolah Vokasi), dan Ratna Fitriana Dewi (Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan) telah berhasil melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang menjawab permasalahan dalam menciptakan iklim entrepreneur di pedasaan.
Program pengabdian yang diciptakan Hasbiyansyah dan timnya berjudul “Kampungpreneur Digital: Pemberdayaan Kampung dalam Meningkatkan Industri Kreatif melalui Technology Information guna Menjawab Tantangan Ekonomi Kerakyatan di Dusun Karanggeneng Desa Purwobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.” Kegiatan pengabdian tersebut berhasil mendapat dana hibah dari Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat 2017. Hingga saat ini beberapa program pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat telah sukses dilaksanakan.
Pengabdian masyarakat melalui teknologi informasi memiliki platform berbasis website (kampungpreneur.com) untuk membantu dalam mengintegrasikan potensai pemberdayaan di Dusun Karanggeneng. Pada website tersebut terdapat beberapa konten berupa pendampingan, pelatihan, dan permodalan. Penggunaan teknologi informasi dilatarbelakangi oleh belum optimalnya pemanfaatan potensi salak yang ada di Dusun Karanggeneng.
Menurut Hasbiyansyah kurang optimalnya potensi salak Dusun Karanggeneng dapat dilihat dari harga jual buah salak ketika bukan musim panen dapat mencapai Rp5000/kg sedangkan jika sedang panen harganya hanya Rp1.500/kg. Padahal, di dusun tersebut memiliki perkebunan salak mencapai 7 hektare dan luas kebun salak tersebut lebih luas dibanding luas tanah yang digunakan untuk pemukiman warga yang luasnya hanya 6 hektare.
“Dari potensi tersebut, telah ada beberapa kelompok usaha yang menghasilkan produk khas salak. Meskipun demikian, sebagian besar pelaku usaha masih terkendala dalam hal pemasaran, permodalan, manajemen usaha, dan pengembangan produk,”kata Hasbiyansyah, Jumat (19/5).
Pada awal program, tim Kampungpreneur telah melakukan beberapa pelatihan yang mendukung berkembangnya pegiat kelompok usaha maupun warga biasa untuk turut meningkatkan jiwa entrepreneur di Dusun Karanggeneng. Selain partisipan dari Dusun Karanggeneng, juga terdapat partisipan dari dusun lain dalam mengikuti program Kampungpreneur. Saat ini, tim sedang mempersiapkan beberapa program penunjang lainnya dengan metode CBD (Community Based Development). Metode tersebut mempunyai karakteristik adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Program ini secara berkala mendapatkan bimbingan dari Maun Budiyanto, ST., MT. selaku dosen pembimbing. (Humas UGM/Catur)