Untuk mengurangi konsumsi minyak bumi yang kian hari semakin menipis, Biodiesel menjadi salah satu pilihan energi terbarukan (renewable energy) yang potensial untuk dikembangkan. Adalah lima mahasiswa UGM, yaitu Jolang Budiarta, Ahmad Fauzy, Mohamad Ulil Absor (FMIPA), Muhammad Isma’il Hamidiy (FT) dan Taufiqur Rohman (FT) yang kemudian melakukan penelitian untuk mengoptimalkan potensi biodiesel dari minyak jelantah.
Cukup kuat alasan lima mahasiswa UGM melakukan penelitian ini sebab berdasar data Badan Pusat Statistik, konsumsi minyak goreng di Indonesia tahun 2015 sebesar 10.052 liter per orang. Dengan demikian, dapat diperkirakan begitu melimpah limbah dari minyak bekas penggorengan ini.
“Kebanyakan dari limbah minyak ini justru dibuang ke saluran air yang justru dapat mencemari lingkungan. Untuk itulah, kami berlima berinisiatif untuk memanfaatkan limbah ini menjadi biodiesel,” ujar Jolang Budiarta, di Kampus UGM, Rabu (31/5).
Menurut Jolang Budiarta, biodiesel menjadi salah satu pilihan untuk keberlangsungan energi dunia di masa depan. Karena itu, sudah seharusnya bila penelitian semacam ini dilakukan lebih mendalam.
Dijelaskannya, pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan mereaksikan minyak jelantah dengan alkohol yang menghasilkan biodiesel dan gliserol. Namun, dengan metode ini menghasilkan produk samping berupa gliserol.
“Tentu saja, dengan adanya produk samping ini dapat mencemari lingkungan sehingga kami melakukan penelitian lebih dalam untuk mengubah gliserol ini menjadi senyawa yang berdaya guna,” jelasnya.
Sementara itu, Taufiqur Rohman menambahkan salah satu indikator kualitas biodisel adalah bilangan cetane. Bilangan cetane ini menunjukan lama waktu delay campuran bahan bakar dan udara dalam piston untuk terbakar. Lamanya waktu delay merupakan akibat dari rendahnya nilai cetane sehingga efisiensi pembakaran semakin rendah.
“Penelitian yang dilakukan Rao dan Rao tahun 2011, menunjukan bahwa triasetin merupakan senyawa yang dapat meningkatkan performa biodiesel dengan meningkatkan bilangan cetane. Gliserol yang dihasilkan digunakan untuk mengoptimalkan kualitas biodiesel, yaitu dengan cara mengonversi gliserol menjadi triacetin. Dampaknya, limbah yang berbahaya ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan performa biodiesel,” papar Taufiqur Rohman.
Keunggulan penelitian lima mahasiswa UGM dalam mengubah jelantah menjadi biodisel adalah pada penggunaan metodenya yang berbasis green chemistry. Dengan begitu, penelitian bisa tetap diupayakan agar tidak menghasilkan bahan-bahan yang berbahaya bagi lingkungan.
“Harapan kami bahwa penelitian ini dapat menjadi langkah maju bagi penelitian di bidang biodiesel dan energi,” ungkap Prof. Drs. Jumina Ph.D selaku dosen pembimbing. (Humas UGM/ Agung)