Jamaah Shalahudin UGM menggelar kegiatan Pagelaran Budaya Islam dengan tema “Kita Bersatu Bermartabat Indonesiaku.” Pagelaran Budaya Islam ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK) UGM 1438 Hijriyah. Tahun ini, acara yang diselenggarakan di Halaman Balairung Rektorat UGM pada Kamis (8/6) malam menghadirkan Emha Ainun Nadjib dan Kiai Kanjeng. Kegiatan tersebut juga dihadiri Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., beserta jajaran pimpinan universitas.
Pada kegiatan tersebut, Prof. Panut menyampaikan beberapa hal tentang paradigma “gado-gado”. Prof. Panut menjelaskan bahwa makanan yang terdiri dari beberapa bahan tersebut memiliki proporsi masing-masing. Menurut Prof. Panut, salah satu bahan lebih dominan dari yang lain maka akan merusak rasa dari makanan tersebut.
“Maka komposisi yang tepat dan enak adalah jika proporsi masing-masing bahan tersebut seimbang, tidak ada bahan yang lebih dominan dari yang lain sehingga akan merusak rasa makanan,” jelas Panut.
Panut menerangkan bahwa paradigma “gado-gado” itulah yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Meski bangsa ini terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, tetapi kita harus bersama-sama menyeimbangkan dan mempersatukan sehingga tidak ada yang terlalu dominan satu dengan yang lain,” jelas Prof. Panut.
Lebih lanjut, Prof. Panut menjelaskan jika terwujud keseimbangan dan persatuan maka kemajuan akan dapat dilaksanakan selaras bersama-sama.
Emha Ainun Nadjib atau yang lebih dikenal dengan Cak Nun, menanggapi paradigma “gado-gado” yang dijelaskan oleh Rektor UGM. Menurut Cak Nun dari apa yang disampaikan oleh Prof. Panut tersebut maka kita harus waspada, jangan ada yang lebih dominan dari yang lain karena masing-masing memiliki metodologi tersendiri.
“Keadilan itu tidak dapat dicapai kalau tidak diperjuangkan bersama,” ungkap Cak Nun.
Selain itu, Cak Nun juga menjelaskan bagaimana kita menerapkan prinsip puasa di kehidupan sehari-hari. Menurut Cak Nun, puasa adalah menahan dari pada batasan yang tepat.
“Kebenaran itu bukan di mulutmu, tetapi di hatimu,” ucap Cak Nun lugas.
Cak Nun berharap dari UGM ini bisa kembali membangun Indonesia dari lingkungan kecil yakni universitas. “Laboratorium untuk membangun peradaban NKRI ada di UGM ini,” tambah Cak Nun. (Humas UGM/Catur;foto: Firsto)