Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Yohana Susana Yembise, secara simbolis membuka Sekolah Srikandi Sungai Indonesia di Kampung Code Riverside, Yogyakarta, Sabtu (11/6). Pada kesempatan tersebut Menteri PPPA juga meresmikan program Woman in River Edupark. Turut hadir dalam acara itu, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY, dr.R.A. Arida Oetami, M.Kes, dan Ketua Pemerti Code, Totok Pratopo.
Seperti diketahui, Srikandi Sungai Indonesia terbentuk atas gagasan Prof. Dr. Suratman setelah terlaksananya Kongres Sungai Indonesia pertama pada tahun 2015. Anggota Srikandi Sungai Indonesia terdiri dari perempuan-perempuan yang peduli terhadap lingkungan sungai. Kegiatan yang dilakukan Srikandi Sungai Indonesia, diantaranya edukasi, kampanye, pelatihan dan perdampingan. Srikandi Sungai Indonesia juga melakukan kegiatan pengolahan sampah dan membentuk kerajinan berbahan sampah daur ulang.
Sementara itu, program pendidikan dan pemberdayaan masyarakat Woman in River Edupark merupakan program yang diinisiasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UGM bersama Pusat Studi Wanita UGM. Salah satu konsep Woman in River Edupark adalah pembuatan taman edukasi tanaman obat. Hasil produksi tanaman obat itu nantinya akan difermentasikan sehingga jadi olahan yang bermanfaat.
Menteri PPPA menjelasnkan bahwa saat ini dunia secara resmi telah memberlakukan Suistainable Development Goals (SDGs). Yohana melanjutkan bahwa dalam SDGs, aspek lingkungan dinyatakan sebagai salah satu di antara 6 elemen esensialyang meliputi planet, people, dignity, prosperity, justice, dan partnership. Dengan demikian, dapat dilihat keeratan hubungan antara manusia dan planet (bumi) untuk tercapainya kesejahteraan dan keadilan.
Terkait gender, Yohana mengatakan bahwa Indonesia telah secara aktif menyampaikan pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Aktivitas tersebut dilakukan dalam berbagai kebijakan perubahan iklim yang diatur melalui kerangka konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC). Kegiatan Woman in River Edupark merupakan implementasi dari Education for Suistanaible Development (ESD).
Yohana menegaskan bahwa kekerasan kepada anak dan perempuan dapat muncul akibat penataan kampung yang tidak ditata dengan baik Menteri PPPA mencotohkan dibangunnya MCK di pinggir sungai juga dapat menimbulkan perempuan dan anak menjadi korban kekerasan. Menurut Yohana perempuan sangat perlu terlibat dalam menyukseskan SDGs dan ikut dalam penataan lingkungan.
“Saya berterima kasih kepada UGM yang turut membantu dalam mengelola daerah aliran sungai dengan memberdayakan perempuan,” ungkap Menteri PPPA.
Sementara itu, Prof. Dr. Suratman mengatakan bahwa Srikandi Sungai Indonesia adalah satu bentuk tugas negara. Tugas tersebut yakni mengajak semua untuk peduli terhadap edukasi, air, dan sanitasi.
“Dari sungai kita alirkan edukasi hingga mengalir ke seluruh dunia,” ujar Prof. Dr. Suratman. (Humas UGM/Catur)