Database citra satelit yang sangat besar jumlahnya dan tumbuh dari hari ke hari memerlukan ekstraksi informasi terpilih untuk banyak aplikasi. Untuk itu, kerangka, metode, dan teknik sangat penting dikembangkan untuk mengekstrak informasi terpilih yang dapat mengolah sejumlah citra penginderaan jauh berukuran besar secara otomatis.
Menurut Nur Mohammad Farda, S.Si., M.Cs, dosen Fakultas Geografi UGM, penambangan citra merupakan solusi ekstraksi informasi penginderaan jauh dengan database besar. Menurutnya, image mining (penambangan citra) sudah dimanfaatkan dalam interpretasi citra penginderaan jauh seperti tropical deforestation, hyperspectral data mining batuan granit dan interpretasi model awan dari satelit meteorologi. Image mining juga mendeteksi obyek air, awan, pegunungan, dan sungai.
Selain itu, juga mengindentifikasi obyek banjir atau daerah banjir secara temporal. Demikian pula untuk studi menggunakan pendekatan penambangan citra penginderaan jauh pada lahan basah terutama lahan basah pesisir sangat terbatas.
“Sayangnya, pengetahuan substansial yang berkaitan dengan hubungan antara penambangan citra, penginderaan jauh, dan lahan basah pesisir untuk memantau lahan basah pesisir juga masih kurang,” ujar Nur Mohammad Farda, di Auditorium Fakultas Geografi UGM, Kamis (22/7) saat menjalani ujian terbuka Program Doktor.
Nur Mohammad Farda mengungkapkan penelitian tentang wetlands (lahan basah) khususnya di negara sedang berkembang, seperti Indonesia sangat penting dilakukan. Sebab, konversi lahan cukup besar dalam mendukung pembangunan pembangunan tapi terkadang mengorbankan daerah lahan basah yang cukup besar manfaatnya dan mendukung kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan.
“Pemantauan lahan basah menjadi sangat penting dilakukan guna menjaga ekosistem lahan basah yang sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia atau setidaknya untuk mengontrol laju perubahan atau pengurangan luas area lahan basah,” ungkapnya saat mempertahankan disertasi Penambangan Citra di Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Lahan Basah Pesisir: Kerangka Perspektif Berbasis Informasi.
Nur Mohammad Farda merasa prihatin karena saat ini penurunan luas ekosistem lahan basah pesisir sangat mengkhawatirkan sehingga perlu dipantau dengan teknologi yang tepat. Gejala-gejala perubahan iklim juga memengaruhi perubahan di lahan basah yaitu dengan pelepasan karbon dari lahan basah.
“Karena memiliki manfaat, pesisir dan lahan basah yang berkelanjutan, terutama ekosistem lahan basah pesisir penting untuk dilindungi dan dikelola. Untuk itu, pengembangan metode pemetaan dan pemantauan lahan basah pesisir yang mendapat dukungan pertumbuhan jumlah citra satelit sangat diperlukan, meskipun penelitian tentang ini masih sangat terbatas,” katanya.
Kontribusi untuk ilmu pengetahuan dari penelitian Nur Mohammad Farda yaitu memberikan dasar fundamental untuk penambangan citra dan spatiotemporal data mining dari data penginderaan jauh untuk pemetaan dan pemantauan lahan basah pesisir. Studi ini telah berhasil mengintegrasikan tiga bidang yang berbeda, yaitu penginderaan jauh, penambangan citra dan lahan basah pesisir. (Humas UGM/ Agung)