Diabetes adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), terdapat 10 juta kasus diabetes terjadi di Indonesia dan jumlah tersebut masih akan terus meningkat.
Salah satu masalah yang sering dialami oleh penderita diabetes adalah peradangan pada gusi. Gusi penderita akan tampak bengkak, berwarna merah dan akan lebih mudah berdarah jika terkena tekanan, misalnya pada saat menyikat gigi. Jika radang gusi ini tidak dirawat, lama kelamaan dapat menyebabkan gigi-geligi goyah, kemudian tanggal.
Melihat permasalahan, ini mendorong lima mahasiswa UGM dengan bimbingan drg. Tetiana Hastuti, M.Kes., Ph.D membuat obat berupa gel ekstrak daun sukun “Believe Gel” untuk perawatan radang gusi pada penderita diabetes. Mereka adalah Wida Ningrum Putri Utomo, Chintia Arifa Priyanti, Ryadhiljannah, Dhiyaul Muslimah (Fakultas Kedokteran Gigi) dan Esti Yunita (Fakultas Farmasi).
Wida Ningrum, salah satu anggota tim mengatakan peradangan gusi pada penderita diabetes mengalami penyembuhan yang lebih lama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menderita diabetes. Sayangnya, saat ini perawatan radang gusi antara penderita diabetes dan non penderita diabetes dilakukan dengan cara yang sama, yaitu hanya dengan menghilangkan faktor lokal melalui pembersihan karang gigi.
“Metode seperti ini tentu belum cukup. Sementara daun sukun selama ini baru dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional, untuk mengobati hipertensi, sirosis hati dan diabetes. Padahal, potensi masih banyak dan belum banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran gigi,” ujar Wida, di Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Selasa (4/7).
Menurut Wida, daun sukun mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat, salah satunya flavonoid. Flavonoid merupakan komponen alami yang memiliki aktivitas antiinflamasi pada manusia.
Pembuatan gel ekstrak daun sukun diawali dengan mengekstrak daun sukun, kemudian ekstrak tersebut dibuat dalam sediaan gel dengan basis CMC-Na dengan konsenterasi 20 persen. Untuk mengetahui khasiat dari gel ekstrak daun sukun, maka Wida bersama-sama tim melakukan uji coba pada tikus wistar Sprague dawley.
“Tikus diinduksi diabetes menggunakan zat Streptozotocin (STZ). STZ adalah zat yang mampu menaikkan gula darah tikus. Tikus mengalami diabetes ketika gula darahnya >200 mg/dL”, katanya.
Setelah mengalami diabetes, kata Wida, tikus diinduksi radang gusi dengan meligasi gusi di antara gigi depan rahang bawah tikus selama 7 hari. Setelah mengalami radang, gusi tikus pada kelompok perlakuan diolesi gel ekstrak daun sukun sedangkan pada kelompok kontrol diberi gel tanpa zat aktif, dua kali sehari, pagi dan sore.
“Selanjutnya, gusi tikus diambil untuk pembuatan preparat histologis dan sitologi. Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 1, 3, 5 dan 7. Dari pengamatan dan perhitungan melalui mikroskop, jumlah sel-sel radang pada jaringan gusi kelompok perlakuan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, dilihat dari indeks maturasi sel epitelnya, indeks maturasi epitel pada kelompok perlakuan bergeser ke arah normal.” katanya.
Ryadhiljannah menambahkan, hasil pengamatan memperlihatkan gel ekstrak daun sukun mampu mempercepat proses penyembuhan radang gusi. Gel ekstrak daun sukun mampu menekan aktivitas inflamasi pada radang gusi.
“Hasil ini menunjukkan bahwa gel ekstrak daun sukun dapat menjadi referensi obat radang gusi pada penderita dibetes,” imbuh Rya. (Humas UGM/ Agung)