Kabupaten Natuna yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah, termasuk sumber daya perikanan. Meski demikian, banyak nelayan tradisional masih belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit-penyakit ikan dan cara menanganinya. Hal ini mendorong mahasiswa UGM yang tengah menjalankan program KKN di Kabupaten ini untuk membuat aplikasi berbasis android yang diberi nama Dokter Ikan.
“Dokter ikan adalah aplikasi berbasis sistem operasi android yang memudahkan nelayan untuk mendiagnosis penyakit ikan berdasarkan gejala-gejala yang dialami serta memberikan cara pengobatan alternatif yang dapat dilakukan nelayan budidaya (keramba) yang tidak mempunyai akses untuk memperoleh obat-obatan,” ujar Koordinator Tim KKN UGM Natuna, Ghilman Nafadza Hakim, Kamis (6/7).
Aplikasi ini sendiri diciptakan oleh Joshua Alif Wendy dari Fakultas Kedokteran Hewan serta Mohammad Afrizal dari Program Studi Elektronika dan Instrumentasi, dan menjadi salah satu program kerja dari Tim KKN Natuna untuk membantu para nelayan di Kabupaten Natuna.
Permasalahan yang dialami oleh para pembudidaya perairan laut maupun tawar dan nelayan tangkap, menurut Ghilman, adalah penyakit ikan. Penyakit ikan memiliki tingkat persebaran dan angka kematian yang tinggi dalam populasi ikan serta biasanya juga sangat sulit disembuhkan dan ditangani oleh para pembudidaya.
“Penyakit-penyakit pada ikan sangatlah bervariasi dan perlu perlakuan khusus agar penyakit tidak menyebar dan menyerang. Apabila nelayan kurang mengetahui tentang penyakit ikan tertentu, utamanya penyakit ikan di laut, hal ini akan berdampak terhadap performa ikan baik produksi dan reproduksi dari ikan tersebut,” imbuhnya
Pengobatan yang dilakukan oleh para pembudidaya dan nelayan tradisional biasanya hanya menggunakan obat herbal sederhana yang dikeringkan dan ditumbuk hingga berupa bubuk untuk kemudian dioleskan ke ikan yang sakit. Namun, penyakit-penyakit pada ikan yang bervariasi tidak bisa diobati hanya dengan pengobatan herbal saja.
“Pengobatan herbal ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan biasanya bergantung dari tingkat keparahan penyakit. Tidak menutup kemungkinan terjadi kematian saat proses pengobatan karena penyakitnya sudah sangat parah,” kata mahasiswa Fakultas Filsafat ini.
Tim KKN Natuna ini meluncurkan aplikasi Dokter Ikan saat mengunjungi lokasi budidaya ikan kerapu di Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna. Ghilman menjelaskan, tim KKN ini memang memiliki berbagai program terkait pemberdayaan nelayan budi daya sebagai salah satu upaya untuk peningkatan produktivitas hasil budidaya ikan. Salah satu solusi untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai adalah dengan mengembangakan aplikasi dokter ikan yang dapat membantu untuk mengidentifikasi penyakit ikan.
Ghilman menuturkan, kelebihan dari aplikasi ini adalah mencantumkan gambar jenis-jenis penyakit ikan serta memiliki tabulasi tentang cara pencegahan, penanganan dan pengobatan. Aplikasi ini juga memiliki User Interface (UI) yang mudah digunakan para pengguna utamanya, yaitu nelayan dan pembudidaya. Bahasa-bahasa yang digunakan juga mudah dipahami oleh masyarakat umum sehingga aplikasi ini sekaligus bersifat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan ikan.
Dengan aplikasi ini, para nelayan memiliki langkah strategis yang tepat dalam penanganan penyakit ikan dan pengendaliannya. Hal ini diharapkan akan meningkatkan produksi dan meningkatkan performa ikan tersebut.
“Aplikasi ini akan dikembangkan lebih lanjut lagi tidak hanya untuk nelayan di Natuna, namun juga diharapkan untuk bisa bermanfaat membantu nelayan di seluruh Indonesia,” imbuhnya. (Humas UGM/Gloria)