Empat mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil mengembangkan lampu ramah lingkungan. Lampu tersebut dibuat dengan memanfaatkan kaleng bekas dan cahaya matahari sebagai sumber cahaya.
Mereka adalah Aditya Ramdhona, Anggraini Puspitasari, Nesditira Sunu S dan Satrio Bayu Aji yang berhasil mengembangkan lampu tanpa listrik yang diberi nama Solacan (Solar in a Can).
Inovasi ini bermula dari keprihatinan mereka terhadap banyaknya sampah kaleng yang dijumpai di Indonesia. Kondisi ini mendorong keempatnya mencari solusi untuk memanfaatkan limbah kaleng bekas menjadi barang yang bernilai guna.
Di sisi lain mereka juga melihat konsumsi listrik khususnya penggunaan lampu yang cukup banyak di siang hari. Padahal, potensi sinar matahari di luar ruangan jumlahnya tak terbatas. Berangkat dari kondisi ini mereka mengembangkan Solacan yang berhasil mendapatkan dana hibah dari Dirjen DIKTI melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2017.
“Masih banyak terjadi pemborosan energi dengan penggunaan lampu di siang hari baik di perkantoran maupun rumah. Sementara potensi sinar matahari di luar ruangan jumlahnya tidak terbatas,” ungkap Aditya Ramdhona, Ketua Tim PKM Solacan, Rabu (12/7) di UGM.
Aditya menyampaikan kondisi ini banyak terjadi akibat akses cahaya matahari masuk ke dalam ruangan sangat terbatas. Dengan begitu, ruang akan menjadi gelap apabila lampu tidak dihidupkan meskipun pada siang hari.
“Solacan ini hadir untuk mengatasi persoalan tersebut,” jelasnya.
Cara kerja alat ini cukup sederhana. Kaleng bekas digunakan untuk meneruskan cahaya matahari yang berada di luar ruang agar bisa masuk ke dalam ruangan. Pertama, cahaya dikumpulkan oleh light collector yang berbentuk cembung. Kemudian, cahaya tersebut diteruskan ke tabung dan dipantulkan sehingga menuju ujung Solacan dan light diffuser akan menyebarkan cahaya ke seluruh ruangan.
“Prinsip kerjanya dengan pemantulan cahaya,” ungkapnya.
Sunu menambahkan bahwa lampu tanpa listrik ini tidak hanya mampu menghemat penggunaan energi listrik. Namun, dengan pencahayaan alami melalui Solacan juga dapat menimbulkan efek fisiologis yang positif untuk kesehatan manusia.
“Selain itu, juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, pemanfaatan kaleng bekas menjadi Solacan ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah kaleng bekas. Poduk ini dapat dikembangkan secara massal oleh masyarakat termasuk pemulung sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Mereka pun berharap Solacan ini dapat dimanfaatkan secara luas untuk kepentingan masyarakat Indonesia. (Humas UGM/Ika)