Permasalahan kedaulatan bangsa dewasa ini terasa semakin menguat di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut maka upaya untuk penguatan dan pendayagunaan budaya lokal dan penguatan kedaulatan bangsa wajib dilakukan oleh segenap anak bangsa. Salah satu upayanya adalah pengembangan ilmu kepancasilaan di Indonesia, khususnya perguruan tinggi.
Upaya pemenuhan pengembangan ilmu kepancasilaan juga dikembangkan Pusat Studi Pancasila UGM bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hassanudin (UNHAS). UGM bekerja sama UNHAS menyelenggarakan pelatihan bagi dosen Pancasila dan non Pancasila untuk mengembangkan ilmu Kepancasilaan di Indonesia pada Senin (17/7) di UNHAS. Pelatihan tersebut diikuti oleh 24 dosen yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Makassar. Kegiatan ini juga merupakan rangkaian riset yang berjudul “Refleksi Dan Rekonstruksi Ilmu Kepancasilaan Pada Perguruan Tinggi Di Indonesia: Studi Kasus UGM dan Universitas Pancasila”.
Kepala Pusat Studi Pancasila UGM, Dr. Heri Santoso, mengatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat untuk menghubungkan kembali putusnya gerakan keilmuan ke Indonesiaan dari para ilmuwan pelopor khususnya tentang ilmu Kepancasilaan.
“Ilmu Kepancasilaan yang dimaksud adalah ilmu tentang Pancasila dan Ilmu yang berdasarkan Pancasila,”kata Heri.
Sementara itu, dosen Fakultas Filsafat UGM, Rizal Mustansyir, menegaskan bahwa pengembangan ilmu Kepancasilaan secara epistemologis bisa dilakukan. Akan tetapi, ilmuwan harus mampu menguasai filsafat ilmu karena ada kecenderungan sebagian akademisi di Indonesia kurang memahami filsafat ilmu yang mereka ajarkan. Pernyataan senada juga muncul dari Dosen Fakultas Ilmu Budaya UNHAS, Andi Akhmar. Menurutnya, peluang pengembangan ilmu Kepancasilaan di level lokal (daerah) sangat memungkinakan dilakukan. Hal ini didasarkan atas kekayaan sumber-sumber keilmuan yang ada di Indonesia. (Humas UGM/Catur)