Masyarakat pada umumnya sering menemukan kendala atau permasalahan dalam urusan rumah tangga. Kegiatan menyetrika adalah salah satunya karena menyetrika dengan setrika konvensional menjadi sangat membosankan dan memakan waktu yang cukup lama. Setrika konvensional atau yang hingga sampai saat ini kita jumpai memiliki model yang sama yakni memiliki bobot yang berat dan terdapat pegangan pada bagian atasnya sehingga cukup melelahkan karena terjadi 2 gerakan yang bersamaan yaitu “grip” (menggenggam) dan menggosok. Terlebih lagi penggunaan setrika pada model konvensional itu memiliki penggunaan yang terbilang cukup besar rata-rata dapat menghabiskan penggunaan konsumsi listrik sebesar 300 watt.
Berangkat dari permasalahan tersebut, sekelompok mahasiswa UGM melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) 2017 menciptakan Iron Glove. Kelompok ini terdiri atas Rabih Katon Dwicahyo (Teknik Mesin) sebagai Ketua Tim yang beranggotakan Muhammad Aulia Ramadhan (Teknik Elektro), Muhammad Hanif Ibrahim (Teknik Elektro), Sumardi Sembiring (Teknik Industri), dan Yendri Maryesi (Teknik Sipil) menciptakan inovasi terbaru dalam kegiatan menyetrika yaitu Iron Glove agar menyetrika menjadi sesuatu yang lebih praktis dan ekonomis. Dalam pengembangannya tim Iron Glove dibimbing oleh Dr. Eng. Igi Ardiyanto S.T, M.Eng.
Iron Glove adalah sebuah perangkat setrika dalam bentuk sarung tangan. Teknologi ini menggunakan bahan Nomex yang tahan terhadap panas dan tegangan listrik. Menurut Rabih bahan ini merupakan bahan yang menjadi komposisi utama pada seragam pemadam kebakaran serta Iron Glove menggunakan coil (elemen pemanas) sebagai bahan konversi listrik menjadi panas. Iron Glove memiliki 1 port untuk baterai Li-Poly 12 Volt sebagai sumber daya utamanya. Mikrokontroler menggunakan Arduino Uno dan LCD Touchscreen sebagai pengaturan suhu.
Selain itu, agar panas dapat terdistribusi merata dengan baik, Iron Glove menggunakan pelat alumunium sebagai penampang elemen pemanas yang bersentuhan langsung dengan objek yang akan disetrika. Penampang tersebut terletak pada sisi telapak tangan sehingga tangan tidak berfungsi untuk memegang setrika melainkan tangan langsung bersentuhan dengan pakaian.
“Fungsi ini dapat mengurangi gerakan yang kurang efektif sehingga ketika menyetrika tangan langsung dapat merapikan pakaian secara bersamaan,”papar Rabih, Jumat (21/7).
Kali ini menyetrika menjadi pekerjaan yang cukup menyenangkan dan jauh lebih ekonomis karena setrika ini memiliki model sarung tangan yang pas dengan ukuran tangan serta menambah feeling dalam kegiatan menyetrika.
Atas dasar tersebut, teknologi ini sangat cocok bagi para ibu rumah tangga usia 20-40 tahun yang ingin lebih hemat dalam mengonsumsi listrik rumah tangga serta pekerja yang memiliki jam terbang tinggi karena Iron Glove merupakan teknologi setrika mobile pertama di dunia yang mudah dibawa kemana-mana tanpa perlu bingung dalam hal penempatan bagasinya.
“Harapannya teknologi Iron Glove ini dapat memberikan manfaat seluas luasnya untuk kepentingan masyarakat baik di tingkat regional maupun nasional nantinya. Tidak menutup kemungkinan Iron Glove juga dapat bermanfaat bagi masyarakat global,”pungkasnya. (Humas UGM/Satria)