Pita Asih Bekti Cahyanti, mahasiswa angkatan 2015, Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik UGM, tampil pada seminar 8th International Conference on Environmental Engineering and Applications (ICEEA 2017) di Faculty of Architecture, SAPIENZA University of Rome, Italy, 18-20 Juli 2017. Pada konferensi yang menjadi sebuah ajang bertemunya para peneliti, praktisi, dan scientist yang berkompeten dalam bidang teknik lingkungan serta penerapannya terhadap lingkungan, Pita Asih tampil meyakinkan.
Pada kesempatan tersebut, Pita menyampaikan paper berjudul ‘Development of Landscape Architecture Through Geo-Eco-Tourism in Tropical Karst Area to Avoid Extractive Cement Industry For Dignified And Sustainable Environment And Life”. Dengan bimbingan Prof. Dr. Cahyono, dosen Fakultas Kehutanan UGM, Pita Asih melakukan kajian terhadap pengelolaan lahan batu kapur/ karst tropika Pegunungan Seribu di DIY, Jateng dan Jatim, yang telah dinobatkan menjadi Gunung Sewu UNESCO Global Park pada September 2015.
Lahan karst yang terancam dieksploitasi terbuka untuk penambangan semen tersebut dikaji dengan sistem pengelolaan siklus terpadu yang berbasis pada Education for Sustainable Development (Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan) yang memberi nilai tambah aspek ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan kesehatan secara harmonis, bermartabat dan berkelanjutan. Kajian ini pun telah menarik perhatian ilmuwan lain, sehingga hasil kajian Asih Pita dapat diaplikasikan pada ekosistem serupa di wilayah negara lain, terutama Kanada.
“Di tengah sejumlah ilmuwan top berkaliber internasional, saya berusaha tidak grogi, bahkan terus berusaha menjadikan momen ini sebagai ajang terbaik untuk belajar mengembangkan kompetensi diri dan membangun jaringan internasional,” ujar Pita, Jumat (21/7).
Pita berkeyakinan presentasi paper hasil riset di Indonesia pada seminar internasional dan publikasi internasional bergengsi dan bereputasi tinggi akan berdampak pada peningkatan reputasi individu, universitas dan bangsa Indonesia. Dengan ajang semacam ini maka mahasiswa sebagai insan akademik menjadi berkelas dunia sejajar dengan negara maju.
“Seminar internasional merupakan media terbaik untuk mempresentasikan penemuan riset di Indonesia di forum internasional,” ujarnya lagi.
Pita Asih menuturkan, paper yang telah dipresentasikan akan diterbitkan pada jurnal atau proceeding bereputasi internasional, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (EES). Publikasi seperti ini termasuk bereputasi tinggi dan terindeks oleh Scopus, Conference Proceedings Citation Index – Science (CPCI-S), Thomson Reuters, Web of Science), GeoBase, Georef , Compendex, Inspec, Chemical Abstracts Service, NASA Astrophysics Data System, INIS (International Nuclear Information System) dan lain-lain sehingga bisa diakses ekslusif dan terbuka di kalangan ilmuwan terkemuka dunia.
“Tidak mudah bagi insan akademis menembus publikasi pada jurnal-jurnal bereputasi tinggi dan terindeks scopus,” tuturnya.
Pita Asih berharap prestasi langka yang diraih mahasiswa untuk kategori semacam ini bisa difasilitasi dengan lebih baik oleh universitas, terutama anggaran, seperti halnya para dosen yang melakukan presentasi internasional. Hal ini cukup penting untuk membantu pengembangan jaringan ilmiah dan akademik secara internasional untuk mendukung World Class University.
“Saya berharap nantinya ada perkembangan baik karena bagaimanapun mahasiswa dan insan akademik dituntut untuk selalu memiliki pengetahuan dan inovasi baru yang sedang berkembang. Dengan berupaya mendayagunakan pengetahuan dan pengalaman dalam keikutsertaan seminar dan publikasi internasional tentu meningkatkan daya saing mahasiswa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,”imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)