Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mengadakan Seminar Nasional Tahunan XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (Semnaskan) Tahun 2017. Seminar ini bertujuan untuk mewadahi pertemuan para peneliti, pelaku usaha, pemangku kebijakan, dan seluruh stake holder bidang perikanan dan kelautan untuk membahas berbagai capaian hasil penelitian juga perkembangan informasi terkini. Seminar tersebut diadakan pada Sabtu (22/7) di Prof. Auditorium Haddjono Danosastro, Fakultas Pertanian UGM.
Acara tahun ini menghadirkan dua pembicara kunci, yaitu Dr. Siti Ari Budhiyanti, S.TP., M.P. dari Departemen Perikanan UGM dan Dr. Ir. Akhmad Fairus Mai Soni, M.si. dari Balai Besar Budidaya Perikanan Air Payau Jepara. Pada kesempatan tersebut, Akhmad menyampaikan materinya tekait peluang dan tantangan budidaya spirulina. Terlebih dahulu Akhmad menjelaskan apa itu spirulina. Spirulina merupakan mikroalga berbentuk spiral yang hidup di perairan air tawar (bersifat alkali atau air laut).
“Saat ini ada dua spesies spirulina yang dikembangkan yakni Spirulina platensis dan Spirulina maxima,” jelas Akhmad.
Akhmad menjelaskan bahwa menurut FAO spirulina telah dikonsumsi sejak 1979. Spirulina memiliki kandungan yang kaya manfaat dan baik untuk kesehatan manusia dan hewan. Akhmad menerangkan bahwa sprulina memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibanding daging dan ikan. Ia menjelaskan bahwa dari berbagai riset yang dilakukan, spirulina dapat menanggulangi berbagai masalah kesehatan, seperti malnutrisi, kolesterol, diabetes, anemia, dan masih banyak manfaat lainnya.
“Dari negara produsen spirulina dunia, Israel menduduki peringkat tertinggi dengan 120.000 ton per tahun, di Indonesia produksi spirulina masih rendah dan sudah seharusnya kita kembangakan potensi tersebut,” ujar Akhmad.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian, Dr, Jamhari, S.P., M.P., mengatakan mestinya potensi sumber daya perikanan dan kelautan yang kita miliki bisa berjalan linear dengan potensi ekonomi kita. Namun, bila dilihat kondisi saat ini, kontribusi sektor agro yang mencakup pertanian, peternakan, dan perikanan dan kelautan hanya mencapai PDB 14%.
“Dengan penelitian-penelitian yang secara rutin kita kembangkan saat ini diharapkan mampu mendorong dan menggerakkan potensi sumber daya air,” ujar Jamhari. (Humas UGM/Catur)