Tebu di Indonesia dibudidayakan untuk memenuhi produksi gula nasional. Produksi gula nasional pada 2016 mencapai 2,2 juta ton sedangkan kebutuhan konsumsi gula mencapai 2,6 juta ton. Total kebutuhan gula nasional mencapai 6 juta ton. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produksi gula nasional. Sementara budidaya sistem tanam tebu saat ini menggunakan bibit bagal. Berdasarkan berbagai laporan penelitian penggunaan bibit bagal ini dinilai kurang efisien karena kebutuhan bibit per hektar cukup besar, jumlah anakan yang dihasilkan sedikit dan daya tumbuh bibit tidak seragam. Untuk mengatasi kendala budidaya tebu di lahan kering diperlukan alternatif teknologi budidaya guna menyiasati terbatasnya air di lahan kering.
Penelitian yang dilakukan Mahasiswa S3 Agronomi, Fakultas Pertnian, Wawan Sulistiono, menerangkan bahwa penanaman bahan tanam bagal di lahan kering tepat waktu sulit dilaksanakan karena perkecambahannya sangat rentan kekeringan. Salah satu metode yang sudah ia kembangkan adalah menggunakan benih mata tunas tunggal yang dibibitkan dan dilakukan lewat pindah tanam. “Sistem tanam ini menghindari keterbatasan air di lahan kering tadah hujan, menghindari kemunduran tanam serta meningkatkan anakan yang serempak,” kata Wawan dalam mempertahanakn hasil penelitiannya pada ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Pertanian UGM, Kamis (27/7).
Wawan yang sebelumnya menjadi peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku Utara- Balitbangtan, Kementerian Pertanian, berhasil melakukan riset pengembangan teknologi sistem pindah tanam bibit pada budidaya tebu di lahan kering dengan menggunakan media serbuk arang kayu dalam mempertahankan daya tumbuh benih. Penelitian yang dilakukan pada lahan kering seluas satu hektar, Wawan menggunakan media serbuk arang kayu untuk mempertahankan daya tumbuh benih yang mencapai 82,5% dan 66,25%. “Media tersebut mampu menjaga sukrosa, menekan laju respirasi dan menjaga gula total benih lebih tinggig hingga penyimpanan 12 hari,” katanya.
Ia menambahkan sistem pindah tanam bibit mata tunas tunggal dengan karak tanam dengan baris 60 cm lebih menguntungkan terutama dalam peningkatan produktivitas. Jarak tanam tersebut sangat optimal untuk pindah tanam bibit tunas tinggal di lahan kering karena menghasilkan produktivitas 34,9% dibanding bagal. (Humas UGM/Gusti Grehenson)