Relasi perselingkuhan, poligami, polyamory dan beragam bentuk relasi keintiman lebih dari satu pasangan dalam satu dasawarsa terakhir telah muncul kepermukaan keseharian masyarakat urban di Indonesia. Beragam istilah asing muncul dan dipertukarkan di tengah masyarakat urban untuk mendiskripsikan praktik relasi romantik kekinian : “teman tapi mesra”, “teman bobok siang”, “relasi yang rumit”, “friends with benefit”, “single but taken”, “open relationship”, dan lain-lain.
“Yang pasti ada sebentuk pergeseran interaksi keintiman yang tengah berlangsung di kehidupan masyarakat Indonesia”, ujar Dian Arymami, saat ujian terbuka Program Doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (27/7).
Menurut Monik, panggilan akrabnya promovenda, istilah “extradyadic” merupakan label yang menjelaskan praktik relasi keintiman yang terjadi disamping pasangan utama. Relasi ini merupakan salah satu fenomena relasi romantik yang mengemuka dan menonjol sebagai wacana dan praktik di Indonesia pada pertengahan tahun 2000.
Relasi extradyadic, kata Monik, menggambarkan indikasi kecil atas berlangsungnya perubahan relasi cinta antara perempuan dan laki-laki di Indonesia. Munculnya fenomena ini dipermukaan dapat dilihat pada tataran praktis sebagai praktik pemberontakan atas struktur dan tatanan sosial masyarakat.
“Ini sekaligus menunjukkan berlangsungnya pergeseran nilai pada tataran ‘ideologi’ dan norma yang berkaitan erat dengan potensi perubahan struktur sosial ditengah masyarakat Indonesia”, kata Monik, dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM saat mempertahankan desertasi berjudul Redefinisi Keintiman Diri dalam Masyarakat Skizofrenik.
Monik mengungkapkan kompleksitas praktik relasi keintiman merupakan jantung dari interaksi sosial yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Sayangnya, beragam studi mengenai fenomena keintiman cenderung melupakan subyek sebagai inti telaah yang berarsiran sebagai arena personal dan sosial. Studi-studi relasi keintiman extradyadic cenderung terlempar pada sudut pandang psikologis untuk menelaah subyek dan sudut pandang sosiologis dalam menelaah relasi keintiman di tengah struktur sosial.
I
“Interseksi kompleksitas ranah personal sekaligus ranah sosial secara sejajar kerap hilang. Sedangkan, faktanya fenomena relasi extradyadic merupakan paduan antara perkembangan psikis personal, perilaku sosial dan dinamika lingkup sosial”, ungkap Monik yang dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude, dengan bertindak selaku promotor Dr. Wening Udasmoro, DEA., M.Hum dan ko-promotor Dr. Ratna Noviani. (Humas UGM/ Agung)