Kanker merupakan penyakit yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di dunia. Pengembangan obat kanker terus dilakukan, termasuk memanfaatkan tanaman obat sebagai agen kemoprevensi.
Salah satunya dilakukan oleh Yuni Widiyastuti yang mengkaji lebih lanjut salah satu Famili Lauraceae yakni Alpukat sebagai agen anti kanker. Famili Lauraceae merupakan salah satu famili yang banyak diteliti potensinya sebagai agen anti kanker. Memanfaatkan biji Alpukat (Persea americana), Yuni menggali potensi bahan alam ini untuk dimanfaatkan sebagai obat anti kanker dan hasilnya diketahui bahwa biji alpukat merupakan bahan alam yang dapat digunakan untuk mengatasi perkembangan sel kanker payudara MCF-7.
Disampaikan Yuni bahwa dalam biji Alpukat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin,dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut termasuk ke dalam golongan senyawa yang bersifat anti kanker.
“Ekstrak klorofom biji alpukat bersifat sitoksik yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7,” jelas Peneliti Balai Besar Litbang Tanaman Obat an Obat Tradisional, Jawa Tengah ini, Jum’at (28/7) saat ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM.
Senyawa aktif biji alpukat, ditegaskan Yuni terbukti mampu menginduksi menginduksi kematian sel (apoptosis) sel MCF-7 dengan mengakibatkan ekrusakan DNA. Selain itu jumlah sel yang mengalami kematian semakin bertambah setelah perlakuan pada nalisis flow cytometry. Senyawa aktif biji alpukat mampu meningkatkan ekspresi p53, pRb, caspase 3, dan menurunkan ekspresi gen atiaapoktosis Bel-2, tetapi meningkatkan ekpresi gen pro-apoptosis Bax. (Humas UGM/Ika)