Ardhanary Institute dan Aliansi Jurnalis Independen menyelenggarakan acara ASEAN Literary Festival (ALF) 2017 untuk memperingati ulang tahun ASEAN ke-50. Mengusung tema “Beyond Imagination” acara yang juga didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri, dan Asia Center Japan Foundation diselenggarakan sejak tanggal 3 sampai 6 Agustus 2017 di Jakarta. Acara tersebut dihadiri penulis ternama dari negara-negara ASEAN seperti Ahmad Fuadi, Alanda Kariza, Andrew Fowler, Arswendo Atmowiloto, Candra Malik, dan beberapa penulis lainnya turut hadir menyemarakan ASEAN Literary Festival 2017. Berbagai kegiatan seperti workshop, diskusi, publisher corner, communities corner, writer corner, dan ethnic music corner diselenggarakan pada ALF 2017
ALF 2017 juga menggelar kompetisi menulis esai tentang keberagaman gender dan seksualitas yang diikuti oleh wartawan, masyarakat umum, dan mahasiswa. Salah satu mahasiswa Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Abdullah Faqih, turut ambil andil dalam kompetisi terrsebut. Tak tanggung-tanggung, Faqih dinobatkan sebagai juara kedua dalam kompetisi menulis esai tersebut dari total 400 naskah yang mendaftar.
Esai Faqih mengangkat tentang pesantren waria di Yogyakarta yang semakin mengundang munculnya kajian atau diskursus tentang waria dengan perspektif heteronormatif sebagai kerangkanya. Ia mengatakan, pesantren waria seharusnya cukup dipandang sebagai tempat bagi para waria untuk memperdalam agama Islam tanpa perlu dibenturkan dengan berbagai macam dimensi. Faqih terinspirasi dengan fenomena Bissu di Sulawesi Selatan yang ditempatkan sebagai gender kelima dalam struktur sosial dan kultur masyarakat.
“Waria di Pesantren Al-Fattah seharusnya juga dipandang sebagai identitas gender tersendiri, di luar laki-laki dan perempuan,”kata Faqih. (Humas UGM/Catur)