Depresi menyebabkan gejala Artritis Reumatoid (AR) semakin memburuk. Prevalensi depresi pada AR ini meningkat pada usia-usia yang lebih muda.
dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ (Psikiater), staf pengajar Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran UGM, mengatakan depresi banyak terjadi pada AR dibandingkan individu sehat. Hal tersebut bukan karena faktor sosioekonomi, namun lebih karena beberapa hal lain seperti perasaan nyeri yang diderita.
“Munculnya depresi pada AR menyebabkan peningkatan rasa nyeri. Hampir setengah dari jumlah pasien AR yang datang ke fasilitas kesehatan tingkat III memiliki depresi namun tidak didiagnosis sebagai depresi ataupun dikonsulkan ke psikiatri,” ujarnya di UC UGM, Rabu (16/8) saat menjalani ujian terbuka program doktor.
Menurut Ronny, kejadian depresi pada pasien AR yang datang ke fasilitas kesehatan tingkat III tersebut berhubungan dengan disabilitas fungsional, dan tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan. Padahal, dengan deteksi awal dan penanganan sedini mungkin oleh psikiater dapat memperbaiki hasil pengobatan dan status fungsionalnya.
Ronny menandaskan individu yang memiliki komorbiditas antara artritis dan depresi disebutkan akan meningkatkan disabilitas fungsional dan meningkatkan rasa nyeri akibat artritis dibanding dengan individu yang hanya menderita artritis saja. Sebanyak 65 persen dari individu dengan artritis mengalami depresi, diantaranya 37,5 persen dengan memiliki depresi sedang atau berat.
“Depresi merupakan penanda awal adanya disabilitas pada AR yang harus mendapat penanganan sedini mungkin. Dengan penanganan sejak awal dapat mencegah terjadinya disabilitas dan perburukan gejala fungsional AR,” katanya.
Mempertahankan disertasi Terapi Visual Persepsi Kognitif dalam Menurunkan Skor Depresi pada Pasien Artritis Reumatoid, Ronny menyatakan dalam memengaruhi aktifitas penyakit pada AR, depresi memegang peran yang cukup penting pada keadaan umum pasien dan kondisi persendiannya. Meskipun demikian, proses inflamasi suatu penyakit dan nyeri noninflamatorik lebih berhubungan dibandingkan aktifitas penyakit AR itu sendiri.
“Penanganan psikologis dapat memperbaiki aktifitas penyakit AR melalui penyembuhan inflamasi dan mengurangi nyeri. Sementara depresi akan menurunkan proses penyembuhan kerusakan sendi dan keputusan pengobatan pada pasien AR,” tandasnya. (Humas UGM/ Agung)