Dosen Universitas PGRI Semarang, Agus Sutono, S.Fil., M.Fil., sukses meraih gelar doktor program studi ilmu filsafat di Fakultas Filsafat UGM. Disertasinya yang berjudul “Pancasila Sebagai Filsafat Jalan Tengah Dalam Problem Individualitas dan Sosialitas Manusia : Perspektif Antropologi Metafisik” membawanya meraih gelar doktor. Agus dinyatakan lulus dalam ujian terbuka yang dilaksanakan pada Senin (28/8) di Auditorium Gedung C, Fakultas Filsafat UGM.
Disertasi yang dibuat Agus dilatarbelakangi masih terbukanya kajian tentang dasar ontologis Pancasila yaitu konsep tetnang manusia. Menurut Agus, problem yang masih terbuka dalam kajian filsafat adalah problem tentang individualitas dan sosialitas manusia. Penelitian kepustakaan yang menggunakan metode penelitan filsafat ini, Agus mencoba menjawab pertanyaan mengenai hakikat manusia menurut Pancasila dalam dimensi antropologi metafisik. Lebih spesifik lagi terkait dengan aspek individualitas dan sosialitas manusia.
“Penelitian ini mencoaba menjelaskan relevansi hakikat manusia menurut Pancasila sebagai filsafat jalan tengah bagi panduan hidup bangsa Indonesia dan pengembangan filsafat Pancasila,” jelas Agus.
Hasil penelitian Agus menemukan bahwa hakikat manusia menurut Pancasila sebagai filsafat jalan tengah terkait dengan individualitas dan sosialitas manusia dari perspektif antropologi metafisik adalah konsep manusia seimbang. Agus menambahkan bahwa konsep manusia seimbang menurut Pancasila tergolong ke dalam konsep jalan tengah yang menerima hal bersifat dikotomik umum. Namun, hal tersebut tidak memutlakkan salah satunya dan keseimbangan norma dasarnya. “Titik jalan tengah dan keseimbangan di antara keduanya itulah realitas yang sebenaranya, dan inilah konsep dasar manusia seimbang Pancasila,” papar Agus.
Lebih jauh Agus menjelaskan bahwa analisis antropologis metafisik Pancasila sebagai filsafat jalan tengah terhadap individualitas. Selain itu, sosialitas manusia menunjukkan manusia sebagai proses dinamik yang saling memengaruhi mengandung, dan mengadakan dalam relasi yang seimbang. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa relevansi hakikat manusia seimbang yang mencerminkan prinsip jalan tengah Pancasila sebagai panduan hidup bangsa Indonesia adalah munculnya nilai keutamaan. Nilai keutamaan itu antara lain nilai keterbukaan, nilai tanggung jawab, nilai solidaritas, nilai kepercayaan, nilai keadilan, dan nilai kerja sama.
“Relevansi bagi pengembangan filsafat Pancasila adalah bahwa prinsip jalan tengah sebaiknya menjadi cara pandang baru dalam mencari kebenaran yang khas bangsa Indonesia,” tegasnya. (Humas UGM/Catur)